almanak

Menhir, Batu Tegak Peninggalan Budaya Megalit

Menhir adalah struktur bangunan dari batu utuh yang langsung diambil dari alam atau telah lebih dulu diubah, kemudian dengan sengaja didirikan oleh manusia. Menhir ditegakan secara tunggal (monolith) atau disusun berkelompok; berjajar maupun melingkar.

PublishedApril 1, 2009

byDgraft Outline

Istilah menhir berasal dari bahasa Inggris lama ( Breton language ); “ Maen ” artinya batu dan “ hir ” berarti panjang; Batu besar yang berdiri atau batu tegak. Menhir memiliki ukuran bervariasi dengan bentuk yang kasar dan pada beberapa kasus memiliki bentuk meruncing ke atas.

Menhir adalah bentuk “sederhana” dari tradisi monumen megalit, pada perkembangannya mungkin tradsi batu berdiri itu menjadi inspirasi untuk bangunan megalit lainnya. Misalnya hadir pada tradisi meja batu megalit; dolmen.

Menhir dikenal di beberapa wilayah seperti Afrika, Asia dan juga Eropa. Untuk sekarang ini, temuan dari struktur megalit ini yang paling banyak adalah di wilayah Eropa Barat, khususnya di Irlandia yang mencapai 50.000 buah.

Daerah-daerah tempat penemuan menhir di wilayah Indonesia adalah di Bali, Kalimantan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Selatan, Sulawesi tengah, dan daerah-daerah lainnya.

Hingga abad ke-19 masehi, untuk mengungkapkan budaya yang berkembang pada masa prasejarah terkadang harus merujuk pada referensi dari tradisi setempat. Apabila dilihat sekilas tanpa mempedulikan maksud pembuatanya, menhir hanya seonggok batu yang berdiri.

Bagaimana kita bisa membedakan dengan batu yang berdiri secara kebetulan? Lebih jauh lagi, bagaimana kita bisa membedakan batu itu telah didirikan oleh orang masa lalu bukannya oleh orang pada masa kini? Perkembangan analisis para ahli khususnya arkeologi dengan penanggalan radiokarbon dan dendrochronolog, nyatanya telah berhasil untuk membantu dalam mengungkapkan misteri dari berbagai tinggalan pada masa prasejarah.

Fungsi Menhir

Beberapa menhir biasanya didirikan berdekatan dengan bangunan yang yang memiliki makna keagamaan. Bahkan kemungkinan salah satu fungsi ditegakkannya batu itu adalah untuk memperingati orang yang sudah meninggal. Mirip dengan patok-patok kubur yang dikenal pada masa setelahnya.

Menhir yang ditegakan secara berkelompok, seringkali dalam posisi yang melingkar, seperti pada struktu bangunan stonehenge. Menhir terkadang disebut sebagai monumen megalit yang dikaitkan dengan ritual upacara keagamaan pada masa lalu.

Di Eropa, selama berabad-abad Menhir dikaitkan dengan ritual para Druid untuk tempat pengobatan. Fungsi kebaruan dari Menhir kemudian dinyatakan sebagai penanda wilayah dan juga kemudian dikaitkan sebagai sistem kalender alam.

Fungsi dari batu tegak ini, secara pasti masih belum ada kesepakatan dan terkadang masih menimbulkan perdebatan. Fungsi menhir sepertinya cukup kompleks dan mungkin berbeda-beda antara satu tempat dengan tempat lainnya.

Bagaimana pun, mengidentifikasi tujuan dari pembuatan menhir untuk sekarang tetap dalam tataran spekulasi. Akan tetapi, para ahli hingga kini terus bekerja untuk membuktikan hipotesis-hipotesis mereka.

Para Pendiri Menhir

Secara pasti seperti yang telah disebutkan sebelumnya, belum diketahui latar belakang tujuan orang-orang pada masa lalu mendirikan menhir. Namun, dari berbagai hasil penelitian, kita bisa mengetahui latar belakang mereka.

Para pendiri Menhir itu telah bercocok tanam dan membuat tembikar, mereka juga telah mengenal alat-alat batu sebelumnya dan membuat perhiasan.

Pendapat yang mendapat banyak dukungan adalah kemungkinan penggunaan menhir berkaitan dengan upacara-upacara; sistem kepercayaan.

Dari pendapat ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa para pendiri menhir adalah mereka yang telah mengenal ritual-ritual kegamaan. Menhir sebagai media untuk penghormatan, menampung kedatangan roh, dan sekaligus sebagai lambang mereka yang sudah mati.

Keberadaan menhir juga sering dikaitkan dengan tradisi megalit yang berkembang pada zaman akhir dari periode neoilitik. Menhir yang sangat tua mungkin bisa ditarik jauh ke belakang sekitar 7.000-6.000 Sebelum Masehi.

Pada perkembangannya, banyak menhir yang diukir dan mendapatkan pengaruh dari seni yang berkembang pada zaman logam atau periode perundagian.

Menhir-menhir itu kemudian menjadi objek patung dengan bentuk dan posisi yang menggambarkan pengerjaan yang jauh lebih rumit lagi.

Selama abad pertengahan, Batu tegak yang berukuran besar ini bahkan diyakini telah dibangun oleh para raksasa yang mendiami bumi sebelum banjir besar.

Akibatnya banyak megalit prasejarah hancur atau dirusak oleh orang-orang pada masa itu karena dianggap menyesatkan dan berasal dari dunia ritual pemujaan kuno.

Keragaman Bentuk dan Jenis Menhir

Menhir berdiri tegak secara tunggal (monolit) atau berkelompok, membentuk formasi berjajar, melingkar, persegi empat, atau bujur sangkar. Penemuan menhir juga biasanya berada di sekitar wilayah yang sama dengan tempat bangunan megalit lainnya ditemukan, seperti dolmen, patung-patung dan peti kubur batu.

Penentuan tipologi menhir yang beragam dapat digolongkan berdasaarkan bentuk, ukuran, pola hias dan teknologi pembuatannya. Di Karang Dalam, Lahat (Sumatra Selatan) diketemukan menhir yang polos, setinggi 1,60 meter yang berdiri tegak di atas undak-undak batu.

Di Tegurwangi, yang termasuk wilayah Pagar Alam, banyak diketemukan menhir dengan tingginya yang mencapai 1,50 meter. Di beberapa tempat lainnya dari beberapa hasil penelitian, menhir yang terkecil berukuran kurang lebih o,40 meter yang diketemukan di sekitar Mangkik (Jawa Tengah).

Teknologi pembuatan batu tegak ini salah satunya adalah proses anostractive technolog atau proses pembentukan melalui pengurangan volume bahannya. Proses ini juga disebut dengan proses sentrifugal.

Keragaman umumnya ada pada bentuk ujung bagian atas. Penggolongan berdasarkan pola hias dapat dikaitkan dengan penggolongan ukuran.Pola hias biasanya terdapat pada menhir yang berukuran besar dan sedang, menhir berukuran kecil tidak ditemukan pola hias.

Adanya pola hias mungkin sebagai bukti perbedaan status sosial bagi orang-orang yang mendirikan batu tersebut.

Selain dianggap sebagai nisan kuburan, dalam kebudayaan Indonesia, menhir juga yang dianggap sebagai batas tanah dan ada juga menghubungkannya sebagai lambang kesuburan.

Umumnya menhir-menhir tersebut dianggap sebagai suatu yang angker untuk didekati. Bahkan ada yang beranggapan akan mendatangkan bencana jika batu tersebut didekati atau disentuh; dengan kata di daerah sekitar menhir adalah tempat yang sakral.

Menhir juga dipercaya sebagai “batu penanda” dari kejadian penting yang terjadi di tempat tersebut. Dalam kaitannya dengan batu penanda, struktur batu tersebut dapat menjadi sumber untuk mengungkapkan aspek kesejarahan suatu tempat.

Pada perkembangan bertikutnya fungsi batu penanda ini kita kemudian mengenalnya sebagai prasasti, karena batu-batu tersebut telah diberi tulisan.

Peninggalan megalitik di Indonesia berupa menhir, di beberapa tempat kini hampir mengalami kehancuran dan kepunahan. Beberapa menhir mengalami kasus yang sama seperti yang terjadi di Eropa, yaitu dihancurkan karena dianggap berkaitan dengan ritual-ritual agama lama yang menyesatkan.

Ada juga beberapa kasus unik yang seharusnya tidak terjadi, menhir itu–karena alasan ketidaktahuan–dijadikan bahan bangunan untuk memenuhi keperluan lain seperti menjadi pondasi jembatan, batas lahan pertanian, alat-alat rumah tangga, jimat dan lain-lain.