almanak

Raja Mulawarman, Raja Besar Sejarah Kutai

Diceritakan bahwa Mulawarman sangat dermawan. Ia memberikan sedekah berupa minyak dan lampu. Ia juga memberikan hadiah 20.000 lembu kepada brahmana di suatu tempat yang disebut Waprakeswara (tempat suci untuk memuja Dewa Siwa).

PublishedAugust 13, 2010

byDgraft Outline

Salah Satu Kerajaan Hindu pertama dan terbesar di tanah air dikenal dengan sebutan Kerajaan Kutai Martapura atau disebut juga dengan Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.

Kerajaan yang berdiri sejak abad ke-4 itu melalui berbagai musim dan rintangan dalam mempertahankan kerajaan, tentu saja dilaukannya pergantian raja di interen kerajaan cukup membuat masalah tersendiri.

Selama bertahun bahkan berabad lamanya masa kejayaan Kutai Martapura mencatat kesuksesan raja-rajanya dalam memimpin kerajaan. Catatan tersebut didapat dari yupa yang masih utuh.

Pada yupa yang tersebar tersebut tidak ada yang mencatat secara detail mengenai kelahiran hingga kematian tokoh mereka. namun, pada yupa tersebut dicatat bagaimana masa kepemimpinan mereka dari awal hingga akhir.

Tercatat seorang raja yang cukup terkenal di Kerajaan Kutai Martapura bernama Raja Mulawarman, Anak dari Raja Aswawarman serta cucu dari Raja Kudungga yang dikenal sebagai raja pertama dan pendiri Kerajaan Kutai Martapura ini.

Nama Raja Mulawarman cukup dikenal setelah ia menjadi pemimpin di abad ke-4 Masehi. Ia tercatat sebagai raja dengan segudang prestasi dan kedermawanannya.

Mulawarman adalah raja terkenal dari Kutai, seperti diungkapkan pada salah satu yupa berikut:

”Sang Maharaja Kudungga yang amat mulia mempunyai putra yang masyur bernama Aswawarman. (Dia) mempunyai tiga orang putra yang seperti api.

Yang terkemuka di antara ketiga putranya adalah sang Mulawarman, raja yang besar, yang berbudi baik, kuat, dan kuasa, yang telah upacara korban emas amat banyak dan untuk memperingati upacara korban itulah tugu ini didirikan.”

Raja Mulawarman, menurut yupa tersebut, sering diwujudkan dengan Ansuman, yaitu Dewa Matahari. Raja dikenal sangat dekat dengan rakyatnya. Ia juga memiliki hubungan yang baik dengan kaum brahmana yang datang ke Kutai.

Diceritakan bahwa Mulawarman sangat dermawan. Ia memberikan sedekah berupa minyak dan lampu. Ia juga memberikan hadiah 20.000 lembu kepada brahmana di suatu tempat yang disebut Waprakeswara (tempat suci untuk memuja Dewa Siwa).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Mulawarman menganut Hindu-Siwa. Dari besarnya sedekah raja Mulawarman ini memperlihatkan keadaan masyarakat Kutai yang sangat makmur.

Kemakmuran ini didukung oleh peranan yang besar Kutai dalam pelayaran dan perdagangan di sekitar Asia Tenggara. Hal ini disebabkan karena letak Kutai yang strategis, yaitu berada dalam jalur perdagangan utama Cina-India.

Masa keemasan Kuatai Martapura di tangan Mulawarman mencangkup daerah kekuasaan yang terus meluas hingga menguasai seluruh wilayah Kalimantan Timur juga sekitarnya.

Dari luasnya kerajaan yang didapat Mulawarman, tak satu pun rakyatnya yang tidak merasakan kemakmuran. Kemakmuran ini dirasakan rakyat Kutai hingga raja selanjutnya.

Tidak diketahui pasti kapan masa berakhirnya kepemimpinan Mulawarman. Namun, kejayaan yang diraihnya membawa kebaikan bagi raja dan rakyat setelahnya hingga masuknya pengaruh Islam dan kehadiran VOC Belanda.

Prasasti Mulawarman; Yupa, Kuasa, Derma

Prasasti berupa yupa tak bertahun itu ditemukan di hulu Sungai Mahakam, Kutai, Kalimantan Timur. Dari bentuk dan jenisnya, prasasti tersebut ditulis dalam bentuk puisi anustubh dan menjadi bukti tertua mengenai keberadaan kerajaan Hindu di Nusantara

Prasasti Mulawarman atau disebut juga Prasasti Kutai adalah sebuah prasasti peninggalan zaman Kerajaan Kutai. Terdapat tujuh buah batu yupa yang memuat prasasti, namun sampai saat ini hanya sekitar empat buah prasasti yang berhasil diterjemahkan.

Menurut Kern, huruf yang digunakan pada yupa itu adalah huruf Pallawa yang berasal dari abad ke V M, sedangkan bahasanya adalah bahasa Sanskerta. Prasasti tersebut dibuat oleh kaum brahmana Hindu sebagai penghormatan terhadap Raja Mulawarman.

Pemberian nama yupa terhadap prasasti Mulawarman berdasarkan pada nama yang disebutkan dalam prasasti itu sendiri. Pembuatan yupa tersebut atas titah seorang penguasa pada masa itu, yang bernama Mulawarman, yang dapat diperkirakan bahwa ia asli orang Nusantara, karena kakeknya masih menggunakan nama khas nusantara, yaitu Kudungga.

Berikut adalah salah satu prasasti yang berhasil diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Prasasti tersebut menceritakan tentang silsilah raja Kerajaan Kutai kuno, yaitu Mulawarman:

Sang Maharaja Kudungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang Aswawarmman namanya, yang seperti Angsuman (dewa Matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia.

Sang Aswawarmman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci) tiga. Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mulawarmman, raja yang berperadaban baik, kuat dan kuasa.

Sang Mulawarmman telah mengadakan Kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-emas banyak. Untuk peringatan Kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para brahmana.

Berdasarkan isi prasasti tersebut kita dapat mengetahui bahwa pada saat itu sudah tiga generasi berkuasa di Kerajaan Kutai. Yang pertama adalah kakek Mulawarman yaitu Kudungga, ia mempunyai anak Aswawarman. Aswawarman sendiri mempunyai tiga orang anak yang salah satunya adalah Mulawarman.

Yang menarik dari prasasti tersebut adalah penyebutan Aswawarman sebagai pendiri keluarga Kerajaan, dan bukan Kudungga yang dianggap sebagai raja pertama. Hal ini menjadi tanda-tanya besar dalam sejarah Kerajaan Kutai.

Nama Kudungga memang nama asli Nusantara, belum tersentuh oleh pengaruh luar. Sedangkan nama Aswawarman dan Mulawarman diduga sudah terpengaruhi oleh kebudayaan lain, begitu pula dengan bahasa yang digunakan dalam prasasti.

Sampai saat ini belum ada keterangan yang pasti apa jabatan yang disandang Kudungga pada masa itu. Namun berdasarkan isi prasasti ia merupakan orang pertama, leluhur Raja-raja besar yang kemudian tercatat dalam sejarah Kutai dan Indonesia.