almanak

Alat Serpih Peninggalan Masa Prasejarah

Peninggalan alat serpih / flakes tool pada masa prasejarah di Indonesia dan beberapa wilayah lainnya di kawasan Asia Tenggara ditemukan bersamaan dengan kapak perimbas dan alat batu masif lainnya.

PublishedAugust 25, 2013

byDgraft Outline

Alat Serpih Prasejarah
Image by finds.org.uk

Batu serpih atau Alat serpih termasuk dalam kelompok alat yang digunakan pada masa palaeolitik atau zaman batu tua dan terus berlanjut pada masa berikutnya. Di beberapa tempat penemuannya, batu serpih yang juga dikategorikan sebagai pisau prasejarah ini terkadang merupakan alat yang paling banyak ditemukan di antara alat-alat batu lainnya.

Alat ini biasanya terbuat dari batu walaupun dimungkinkan dibuat dari bahan lainnya. Digunakan menggunakan tangan, dibentuk dengan cara membelah batu besar hingga menjadi serpihan yang kemudian dijadikan alat.

Gambar Alat Serpih Prasejarah
Image by finds.org.uk

Di Gua Tabon (Wilayah Kepulauan Palawan, Filipina) dan Gua Niah (di Taman Nasional Niah, Serawak, Malaysia) temuan alat serpih diperkirakan telah digunakan pada kurun waktu sekitar 40.000-30.000 tahun yang lalu atau pada tingkat Plestosen akhir.

Sementara itu temuan di beberapa wilayah di Kepulauan Indonesia menunjukkan tingkat yang lebih tua lagi, yaitu pada tingkat Plestosen awal. Alat serpih juga masih digunakan hingga zaman neolitik namun berkembang pesat di masa mesolitik.

Perkembangan Alat Serpih Prasejarah di Indonesia

Di wilayah Kepulauan Indonesia, tempat penemuan batu serpih prasejarah yang sangat penting adalah Punung dan Ngandong (Jawa Timur), Sangiran dan Gombong (Jawa Tengah); Budaya Toalian (Sulawesi), Mengeruda (Flores), juga di Sangadat dan Wilayah Gasi Liu (Timor). Selain itu alat penyerpih ini juga ditemukan di Lahat (Sumatra Selatan).

Alat serpih ditemukan bersama-sama perkakas masif di lembah kali Baksoko, Sunglon, Gede, dan Sirikan di daerah Punung (Jawa Timur) merupakan unsur yang penting dalam Budaya Pacitan. Hal ini karena temuan batu serpih yang hampir separuh dari jumlah alat batu lain ditemukan.

Baik batu serpih, kapak perimbas, kapak genggam, dan kapak penetak dari budaya Pacitan ini memiliki kemiripan di beberapa daerah lain sehingga dimungkinkan telah terjadi migrasi dari manusia pembuatnya.

Di dalam konteks tradisi pada tingkat Plestosen, peralatan dari batu termasuk di dalamnya batu serpih yang ditemukan di wilayah Pacitan (Pacitanian) mungkin merupakan yang terbesar di Asia.

Beberapa situs penting lainnya di Asia selain di Goa Tabon dan Gua Niah terdapat juga di Fingnoian (Thailand), Anyathian (Burma), Tampanian (Semenanjung Malaysia), di Lembah Cagayan yang juga dikenal dengan sebutan Cabalwanian (Filipina).

Stus Soanian di Lembah Soan (Pakistan), Chouckoutenian (Cina Utara) dan juga terdapat di wilayah lainnya seperti di Eropa, Amerika, dan tentu saja juga di Afrika.

Gambar Alat Serpih Prasejarah
Image by finds.org.uk

Bahan dan Proses Pembuatan Alat Serpih Prasejarah

Alat serpih yang diketemukan pada tingkat palaeolitikum atau zaman batu tua mungkin telah digunakan oleh pithecantrhopus (Mojokertensis dan Robustus) Meganthropus Paleojavanicus, Pekingnensis, Neanderthal, Cro-magnon, hingga kemudian dilanjutkan oleh para Homo Sapiens yang muncul belakangan.

Bahan batuan yang digunakan untuk membuat batu penyerpih yaitu jenis batuan tuf ( silicified tuff ), batu gamping kersikan ( silicifed limestone ), serta batuan endapan (sedimen). Jenis batuan tersebut digunakan sebagai bahan utama dalam membuat batu serpih karena mengingat sifatnya yang keras tetapi ketika dipukul akan terbelah (bukan hancur) sehingga memudahkan saat pemrosesannya.

Namun, di banyak daerah mungkin batuan tersebut tidak ada, maka mereka menggunakan batu pasir, granit, quatrzites, kuarsa, batu vulkanik obsidian, dan bahan lainnya yang tersedia.

Tradisi alat serpih dimungkinkan ada karena alat-alat tersebut memang sengaja diciptakan dan bukan sesuatu yang kebetulan. Alat-alat serpih yang ditemukan biasanya memperlihatkan pemrosesan serta bentuk kerucut yang jelas.

Serpihan yang terjadi karena sebab-sebab alamiah biasanya “tidak jelas bentuknya” misalnya pada bagian patahan yang tidak memiliki tanda riak seperti yang dibuat oleh manusia.

Prinsip dasar dalam pembuatan alat-alat batu adalah menghilangkan sebagian dari batu awal. Ini adalah cara untuk membuat berbagai alat batu, baik itu kapak genggam, primbas, batu penetak, kapak persegi, atau kapak lonjong, tapi alat serpih menunjukan karakteristik alat yang khusus dan bukan karena bekas serpihan dari alat lainnya.

Mungkin awalnya alat penyerpih ini memang tidak sengaja ditemukan dari hasil pecahan batu lainnya, tapi karakteristik selanjutnya menjunjukan alat serpih adalah bagian dari sebuah proses yang pasti dan memang sengaja diciptakan.

Alat serpih dibuat dengan menghantam batu dengan kapak genggam hingga didapat serpihan yang diinginkan (pemukulan langsung) atau bisa juga dengan menggunakan kapak persegi yang telah diberi tangkai dari tulang atau kayu untuk memisahkan serpihan dari batu intinya (pemukulan tidak langsung).

Dengan cara pemukulan tidak langsung, pembuatnya bisa mengontrol ukuran dan bahkan bentuk yang diinginkan.

Beberapa batu serpih menunjukan teknik pembuatan yang telah maju yang umumnya telah secara cermat terlepas dari batu intinya sehingga pada sejumlah alat terlihat pola dataran pukulnya (teknik pseudo Levallois ). Sering juga ditemukan pola pangkasan yang dilakukan ke masing-masing sisi dan bidangnya sehingga tercipta bentuk tajaman yang berliku.

Fungsi dan Kegunaan Alat Serpih Prasejarah

Apa yang bisa dilakukan oleh sepotong batu kecil yang memiliki sisi-sisi yang tajam?

Gambar Alat Serpih Prasejarah
Image by finds.org.uk

Sesuai dengan bentuknya, batu serpih mungkin digunakan sebagai pisau, alat serut, penghalus, gurdi, penyayat, pemotong, pengikis, pengeruk, pengerik, penggores dan sebagainya. Tapi jika pertanyaannya untuk kegiatan apa saja alat serpih itu digunakan, bisa jadi jawabannya berada di luar pikiran kita saat ini.

Kondisi alam dan kegiatan yang pada saat itu sering dilakukan, serta informasi-informasi lainnya yang bersumber dari hasil uji laboratorium akan menambah keakuratan tentang kegunaan dari alat serpih ini.

Misalnya alat serpih pada masa berburu, tentu akan bertambah kegunaannya ketika digunakan oleh masyarakat yang sudah menetap dan melakukan usaha-usaha pertanian. Akan tetapi, biasanya fungsi dasar tidak begitu jauh bergeser terutama jika dilihat dari bentuk.

Batu serpih prasejarah jelas dapat memberi kita banyak informasi tentang sejarah umat manusia pada masa lalu. Analisis residu misalnya, dapat menjadi sumber untuk mempelajari tentang apa saja yang diproses oleh alat serpih itu.

Selain teknik residu, bisa juga dilakukan teknik re-pas yaitu mencoba menempatkan kembali pecahan batu ke dalam bentuk aslinya sebelum terpisah. Ini biasanya dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana alat penyerpih itu diciptakan.

Semua proses itu dapat membantu kita untuk memahami dunia pada masa lalu khususnya nenek moyang bangsa manusia tentang bagaimana mereka menciptakannya, mengapa, dan kapan mereka menciptakan batu serpih itu. Bahkan juga dapat menjawab pertanyaan digunakan untuk apa saja alat tersebut.

Semua kerja-kerja itu harus dilakukan agar kita mempunyai gambaran yang lengkap, bukan hanya tentang apa yang mereka lakukan, tapi apa yang ada di sekitar mereka.

Jadi, jika anda beranggapan batu serpih itu digunakan untuk tusuk gigi atau penggaruk punggung, ya, mungkin saja dan anda bisa beranggapan seperti itu. Tetapi anda harus mencobanya terlebih dahulu, karena itu adalah bagian dari rekonstruksi arkeologi agar apa yang disampaikan dapat mendekati kenyataan.

Tapi itu juga tidak sepenuhnya “tepat” misalnya bisa bermain gitar dengan alat serpih, lalu berkesimpulan salah satu kegunaan batu serpih pada masa prasejarah adalah untuk bermain gitar; ini tidak masuk akal.

Penggunaan batu serpih sudah jarang ditemukan ketika logam mulai digunakan, kira-kira setelah 3.000 Sebelum Masehi dan gitar —setidaknya instrumen yang mirip dengan gitar—kira-kira baru ada pada 1.500 Sebelum Masehi.