almanak

Kerajaan Selaparang, Lombok Nusa – Tenggara Barat

Kerajaan Selaparang berada di wilayah Lombok dengan pusat kerajaannya berada di Selaparang (juga disebut Seleparang). Secara administratif, wilayah Selaprang saat ini berada di kecamatan Swela, Lombok Timur.

PublishedFebruary 22, 2014

byDgraft Outline

Sumber-sumber untuk menjelaskan sejarah Selaparang hingga saat ini bisa dikatakan sangat minim. Terutama sumber yang berkenaan dengan awal mula berdirinya kerajaan tersebut.

Meski demikian, terdapat beberapa sumber yang masih bisa ditelusuri lebih lanjut salah satunya adalah sumber yang menyebutkan bahwa berdirinnya Kerajaan di Selaparang ini tidak terlepas dari sejarah perkembangan agama Islam di Pulau Lombok.

Agama Islam dipercaya salah satunya (bukan satu-satunya), pertama kali datang ke Lombok dibawa dan juga disebarkan oleh seorang mubaligh yang berasal dari kota Bagdad, Iraq.

Ia bernama Syaikh Sayyid Nururrasyid Ibnu Hajar al-Haitami yang dalam tradisi Masyarakat Pulau Lombok lebih dikenal dengan sebutan Ghaos Abdul Razak. Selain sebagai penyebar agama Islam, Ghaos Abdul Razak diberitakan juga sebagai cikal bakal dari munculnya sultan-sultan atau kerajaan-kerajaan di Pulau Lombok.

Selain Ghaos Abdul Razak , juga dikenal tokoh berenama Betara Tunggul Nala (disebut pula Nala Segara) yang juga diyakini sebagai leluhur para Sultan di Pulau Lombok.

Belum dapat diketahui secara pasti kapan tepatnya Ghaos Abdul Razak masuk ke Pulau Lombok. Namun, ada pendapat yang menyebutkan bahwa beliau datang ke Pulau Lombok sekitar tahun 600-an Hijriah atau permulaan abad ke-13 Masehi.

Ghaos Abdul Razak ini kemudian mendarat di Lombok utara, menetap dan berdakwah di wilayah tersebut. Beliau diberitakan menikah dan memiliki tiga orang anak, yakni; Sayyid Umar (Datu Kerajaan Gunung Pujut); Sayyid Amir, (Datu Kerajaan Pejanggik); dan Syarifah Qomariah yang lebih dikenal dengan sebutan Dewi Anjani.

Ghaos Abdul Razak menikah lagi dengan putri Kerajaan Sasak yang kemudian melahirkan dua orang anak; Sayyid Zulqarnain (Syaikh ‘Abdul Rahman) atau disebut pula dengan Ghaos Abdul Rahman; dan seorang putri bernama Syarifah Lathifah yang dijuluki pula dengan Denda Rabi’ah.

Sayyid Zulqarnain inilah yang diperkirakan kemudian menjadi pendiri dari Kerajaan Selaparang yang sekaligus pula sebagai Raja atau Datu pertama Kerajaan Selaprang bergelar Sulthan Rinjani.

Nala Segara (Betara Tunggul Nala) dan Ghaos Abdul Razak, keduanya memang dipercaya sebagai penyebar agama Islam di lombok dan juga menjadi cikal bakal dari pendiri Kerajaan Selaparang. sebagain pendapat menyebut kedua tokoh ini adalah satu orang yang sama.

Selain dikatikan dengan perkembangan agama Islam, munculnya Selaparang sebagai kerajaan juga dihubungkan dengan Kerajaan pendahulunya yaitu Kerajaan Desa Lae’ (yang diperkirakan merupakan kerajaan tertua di Lombok) yang kemudian menjadi Kerajaan Pamatan lalu berlanjut ke Kerajaan Suwung hingga menjadi Kerajaan Selaparang.

Pendapat lainnya menghubungkan munculnya Kerajaan di Selaparang akibat ekspedisi militer dari Kerajaan Majapahit tahun 1357 yang menghancurkan kerajaan-kerajaan di Lombok.

Seorang bangsawan istana yang berhasil melarikan diri kemudian berhasil menggabungkan kekuasaan dan membentuk kerajaan baru bernama Batu Parang yang merupakan cikal bakal kerajaan Selaparang.

Kejayaan Kerajaan Selaparang

Kerajaan Selaparang ini disebut sebagai kerajaan yang cukup berpengaruh baik itu di darat maupun dalam wilaya laut. Laskar lautnya bahkan tercatat berhasil mengusir perahu-perahu Belanda yang berniat memasuki wilayah Selaparang sekitar tahun 1667-1668 Masehi.

Perlawanan terhadap Belanda meski tidak sampai membuat Kerajaan ini runtuh, kenyataannya Selaparang harus merelakan salah satu wilayahnya jatuh ke tangan Belanda, yakni Pulau Sumbawa, karena wilayah itu telah lebih dahulu dikuasai sebelum terjadinya peperangan di laut.

Laskar laut Selaparang juga tercatat pernah mematahkan serangan Kerajaan Gelgel (Bali) dari arah barat. Selaparang kabarnya pernah dua kali terlibat peperangan dengan Kerajaan Gelgel, sekitar tahun 1616 dan 1624. Akan tetapi dalam dua kesempatan pertempuran tersebut, tentara Gelgel konon dapat dikalahkan.

Pusat pemerintahan Selaprang tercatat pernah dipindahkan ke daerah pedalaman, ke sebuah dataran perbukitan, tepat di desa Selaparang sekarang ini.

Kabarnya kebijakan ini diambil untuk memperkuat sektor Agraris mereka sekaligus juga meningkatkan pengawasan daerahnya karena dari tempat yang baru tersebut mereka lebih leluasa mengawasi wilayah pantai mereka.

Setelah dipindahkan, Kerajaan Selaparang kemudian mengalami kemajuan yang pesat. Kerajaan ini bahkan mengembangkan kekuasaannya hingga ke wilayah Sumbawa bagian barat.

Sumbawa bahkan secara berturut-turut menjadi wilayah yang cukup disenangi oleh para raja Selaprang. Pada tahun 1630 Masehi, Sri Dadelanatha, Raja muda Selaprang bahkan dilantik di Sumbawa Barat.

Pangeran Pemayaman yang bergelar Pemban Aji Komala, juga dilantik di Sumbawa pada tanggal 30 November 1648 Masehi, Para Sultan Selaparang ini mungkin telah memerintah seluruh wilayah Pulau Lombok dan Sumbawa.

Wilayah ibukota Kerajaan Selaparang juga tercatat memiliki daerah penghasil padi. Bukit-bukit persawahan dibangun dan ditata rapi. Wilayah pertanian yang bertingkat-tingkat itu bahkan sampai hutan Lemor yang kaya akan sumber airnya.

Keruntuhan Kerajaan Selaparang

Sekalipun Selaparang unggul ketika digempur oleh Kerajaan Gelgel, namun disaat yang bersamaan, kekuatan baru muncul dari bagian barat. Pesaing Selaprang hadir di wilayah yang sekarang dikenal dengan kota Mataram.

Kerajaan Pagutan dan Kerajaan Pagesangan yang muncul sekitar tahun 1622 Masehi, perlahan namun pasti mulai mengancam hegemoni kerajaan Selaparang.

Kerajaan Mataram Karang Asem bahkan telah menjadi pesaing utama mereka selain kerajaan Gelgel. Belum lagi kekuatan asing, yakni Belanda dan Portugis, yang sewaktu-waktu dapat melakukan ekspansi militer ke kawasan mereka.

Selaprang tidak tinggal diam, mereka melakukan antisipasi untuk mengatasi masalah yang tumbuh dari bagian barat; yakni Kerajaan Gelgel, Kerajaan Mataram Karang Asem, serta gangguan keamana dari bangsa asing, terutama Belanda. Namun ternyata bahaya yang tak diduga muncul dari dalam, dari wilayah Kerajaan Selaparang sendiri.

Dikabarkan telah terjadi perselisihan dalam Kerajaan Selaparang dengan salah satu wilayahnya berkenaan dengan perbatasan wilayah kekuasaan. Akibat perselisihan itu, beberapa tokoh penting kerajaan memutuskan untuk meninggalkan Selaparang dan bergabung dengan Kerajaan Mataram Karang Asem (Bali).

Kerajaan Mataram Karang Asem kemudian berhasil mendarat di Lombok Barat dan menggempur Selaparang. Pada akhirnya, Kerajaan Selaparang dapat ditaklukan dan Pulau Lombok sepenuhnya berada dibawah kekuasaan kerajaan dari Bali.