almanak

Sundaland, Istilah dan Sejarah Paparan Sunda

Sundaland tidak hanya perkara distribusi mamalia dan tanaman, Sundalan juga berbicara mengenai sejarah tektonik. Evolusi Tektonik yang terjadi bukan dalam hitungan tahun atau ratus tahun, tapi puluhan juta tahun.

PublishedFebruary 22, 2014

byDgraft Outline

Istilah Sundaland digunakan dalam studi Biogeografi untuk menyebut sebuah wilayah daratan kontinental Asia yang kembali menyatu selama zaman es terakhir (110.000 -12.000 Sebelum Masehi) akibat penurunan permukaan laut, dan kawasan luas yang kemudian disebut Sundaland itu muncul di atas permukaan.

Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, Kalimantan, dengan laut-laut dangkal di sekitarnya bergabung membentuk daratan yang amat luas.

Dalam bidang Geologi, daratan kontinental itu lebih dikenal sebagai Paparan Sunda ( Sunda Shelf ) yang meliputi area dengan luas kurang lebih mencapai 1.85 juta km2.

Sundaland tidak hanya perkara distribusi mamalia dan tanaman, Sundalan juga berbicara mengenai sejarah tektonik. Evolusi Tektonik yang terjadi bukan dalam hitungan tahun atau ratus tahun, tapi puluhan juta tahun.

Menurut Ilmu bumi itu, sejarah Sundaland adalah rangkaian panjang dari pergerakan tektonik yang terjadi selama berjuta-juta tahun yang lalu.

Table of contents

Open Table of contents

Garis-garis Pemisah Imajiner

Nusantara tidak sepenuhnya bersatu dalam daratan, tebing curam di dasar laut sebelah timur membatasinya, batas yang kemudian dikenal sebagai Garis Wallace karena dicetuskan oleh seseorang yang bernama Alfred Russel Wallace. Garis imajiner itu digunakan untuk menandai garis pemisah zona ekologi Asialis dan Australasia.

Garis Wallace ini melalui kepulauan Nusantara, antara Borneo dan Sulawesi, dan antara Bali (di barat) dan Lombok (di timur). Pada perkembangannya, garis ini kemudian sedikit “dikoreksi” dan digeser ke sebelah Timur daratan Pulau Sulawesi oleh Weber dengan tujuan yang sama, yaitu memberi garis imajiner; batas penyebaran flora dan fauna Asia. Garis pembatas ini lalu dikenal sebagai Garis Weber.

Richard Lydekker seorang geolog yang ahli dalam penelitian flora dan fauna kemudian ikut juga memberi garis pemisah biogeografi antara Australialis di bagian barat dan Asialis yang berada di bagian timur Indonesia. Tak lupa juga ia menamai garis itu sesuai dengan namanya, Garis Lydekker.

“Biogeografi; studi tentang distribusi spesies dan ekosistem dalam ruang geografis dan rentang waktu geologi. Phytogeography adalah cabang Biogeografi yang mempelajari distribusi tanaman dan Zoogeografi adalah cabang yang mempelajari distribusi hewan.”

Bukti bahwa Kepulauan Sunda Besar pernah tergabung dengan benua Asia bisa terlihat dari kajian biogeografi berkenaan dengan sebaran jenis mamalia darat seperti beberapa jenis harimau, gajah, kera, macan ada di Sumatra, Jawa, dan Bali, serta orang utan ditemukan di Sumatra dan Kalimantan.

Sistem Sungai Purba

Periode Pleistosen, diduga terdapat tiga sistem sungai yang sangat luas mengaliri Sundalan pada puncak Akhir Zaman es, sekitar 20.000 tahun lalu. Sungai purba ini merupakan perpanjangan sungai yang kemungkinan mengikuti topografi dengan arah menurun. Daerah resapan air di bagian barat Kalimantan dan sebagian besar sungai di Sumatra menyambung dengan jaringan sungai besar yang disebut Sungai Sunda Besar.

Sungai tersebut diperkirakan mengalir antara Belitung dan pesisir kalimantan Barat di sepanjang selat Karimata hingga terus mengarah ke wilayah utara dan timur laut dengan bagian muaranya terletak si sekitar kepulauan Natuna sekarang.

Kawasan resapan air hujan di utara Jawa dan Kalimantan bagian selatan menyambung membentuk sungai besar di dasar laut Jawa. Arah alirannya menuju ke wilayah timur dengan muara terletak di antara Jawa Timur dan Kalimantan Selatan sekarang.

Bukti dari pernah adanya sistem sungai purba yang menyambung dari kepulauan Sunda Besar adalah ditemukannya spesies ikan air tawar asia tenggara di berbagai pulau yang saat ini terpisah oleh laut, misalnya ikan gabus, gurame, ikan mas, dan lain-lain.

Sebuah pemahaman yang lebih baik tentang sejarah biogeografi dan penelitian-penelitian lebih lanjut dari Sundaland ini akan banyak membantu menjelaskan pola arus keanekaragaman hayati dan mendukung pengembangan strategi konservasi yang efektif.

Lempeng Tektonik Sundaland

Sundaland tidak hanya perkara distribusi mamalia dan tanaman, Sundalan juga berbicara mengenai sejarah tektonik. Evolusi Tektonik yang terjadi bukan dalam hitungan tahun atau ratus tahun, tapi puluhan juta tahun.

Sundalan dianggap sebagai bagian dari Lempeng Benua Eurasia. Paparan wilayah yang hari ini menjadi separuh dari seluruh wilayah Asia Tenggara, terbentuk akibat serangkaian aktivitas tektonik dan vulkanik beribu-ribu tahun yang lalu, beserta erosi dan konsolidasi runtuhan batu seiring naik dan turunnya permukaan laut.

Secara geologis, Paparan Sunda adalah landas kontinen perpanjangan dari lempeng Eurasia di Asia Tenggara. Kedalaman laut yang berada di Paparan Sunda jarang melebihi 50 meter, fenomena ini mengakibatkan gelombang dan erosi dasar laut yang kuat. Tebing-tebing curam di bawah laut kemudian memisahkan Paparan Sunda dengan kepulauan Filipina, Pulau Sulawesi, dan Kepulauan Sunda Kecil.

Berdasarkan data Geologi evolusi tektonik Sundaland merupakan gabungan dari sisa-sisa fragment dari benua Gondwana yang bergabung dengan bagian dari lempeng benua Eurasia.

“Geologi: Ilmu yang mempelajari bumi, meliputi komposisi, struktur, sifat fisik, dan proses pembentukannya. Geolog: mereka yang mempelajari geologi.”

Pembentukan Sundalan melibatkan penjahitan progresif yang dimulai selama Akhir Paleozoikum. Peristiwa tektonik yang besar terjadi pada era mesozoikum, yakni pemisahan lempeng benua Afrika dan benua India pada akhir periode Kretasius (zaman kapur) yang berlanjut dengan tabrakan Lempeng India itu dengan Benua Eurasia 50 juta tahun yang lalu. Usia Kejadian tersebut menyebabkan jahitan lempengan di Asia timur dan Asia Tenggara menjadi lebih muda ke selatan dan tenggara.

Lempeng Sunda mencakup Laut Cina selatan, Laut Andaman, Bagian Selatan dari Vietnam dan wilayah Thailand bersama-sama dengan Malaysia dan Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, serta Sulawesi di Indonesia, dan juga kepulauan Filipina di bagian barat dan Palawan seta Kepulauan Sulu.

Batas-batas di bagian timur, selatan dan juga barat Sundaland rumit secara tektonik dan aktif secara seismik. Hanya batas bagian utara yang relatif diam. Lempeng Sunda berbatasan di timur dengan Sabuk bergerak Filipina, Zona tumbukan Laut Maluku, Lempeng Laut Banda dan Lempeng Timor yang disebut juga sebagai Eastern Margins, di Selatan dan barat berbatasan dengan lempeng Australian, dan di utara dengan Lempeng Burma, Lempeng Eurasia dan Lempeng Yang-tze, disebut juga sebagai W estern Margins

Mencari Asal-Usul Istilah Sundaland

Siapa yang pertama kali mencetuskan istilah “Sundaland” dalam kajian ilmu bumi, untuk saat ini belum begitu jelas diketahui, tapi kemungkinan istilah tersebut telah berkembang dan cukup dikenal pada kajian-kajian ilmu alam abad ke-18 masehi.

Porf. Edi Ekadjati, menyatakan bahwa Sunda sebagai nama tempat, pertama kali digunakan oleh seorang ahli bumi Yunani bernama Ptolemaeus yang menggunakan istilah itu pada abad ke-2 Masehi untuk menyebutkan tiga pulau yang terletak di sebelah timur India.

Kemudian van Bemmelen (1949) seorang geolog dari Belanda mengatakan hal hampir sama, bahwa Sunda adalah istilah yang digunakan untuk menamai daratan bagian barat laut India Timur, sedangkan bagian tenggara-nya dinamai Sahul. Dataran Sunda menurutnya, dikelilingi sistem Gunung Sunda yang melingkar dan panjangnya sekitar 7000 km.

Sunda merujuk kepada nama Gunung purba lebih lanjut diungkapkan oleh Gona (1973) yang menyebut bahwa pada mulanya kata Sunda merupakan nama sebuah gunung yang menjulang tinggi di bagian barat Pulau Jawa.

Gunung itu dari jauh tampak putih karena tertutup abu asal gunung tersebut. Kemudian nama tersebut diterapkan pula pada wilayah gunung itu berikut penduduknya. Beberapa pihak ada juga menyebutkan bahwa Keberadaan Gunung Sunda Purba 100 juta tahun yang lalu. Umumnya pendapat yang menyoal keberadaan gunung Sunda ada pada periode Pleistosen ( 2,8 juta-12.000 tahun lalu ).

Sunda menurut G.P Rouffaer (1950) Peneliti dari Belanda yang gemar meneliti sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara menyebutkan bahwa kata Sunda sebagai nama tempat merupakan pinjaman dari kebudayaan Hindu seperti juga kata Sumatra, Madura, Bali, Sumbawa dll.

Mungkin kurang tepat jika disebut “pinjaman”, tapi kata itu memang ada dalam kosa-kata bahasa sanskerta yang artinya secara sederhana “putih, bersih, dana tau suci”. Kebetulan saat itu, Sanskerta berkembang sejalan dengan Hindu dan Buddha kemudian.

Jauh sebelum itu, kata “Sunda” memang sudah cukup dikenal dalam sejarah masyarakat di Indonesia, Sunda di abad ke-8 hingga abad 16 misalnya, merujuk kepada nama kerajaan yang berada di wilayah jawa bagian barat. Kekinian, di Indonesia, Sunda lebih dikenal sebagai nama suku, bahasa, “agama” dan cakupan geografis dari penutur bahasa Sunda yang umumnya mendiami wilayah Jawa Barat.

Selain Sundaland, atau paparan Sunda, kata Sunda dalam ruang lingkup geologi juga dipakai dalam istilah Kepulauan Sunda Besar (Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan) dan Kepulauan Sunda Kecil (Lombok, Nusa Tenggara, dan pulau lain di sekitarnya). Mereka yang mengenyam pendidikan sebelum akhir abad ke-20 di Indonesia, pasti cukup familiar dengan peristilahan tersebut.

Pertanyaan selanjutnya yang tak kalah penting, justru bukan siapa yang pertama kali menggunakan atau mencetuskan nama Sunda untuk menyebut daratan purba itu. Tapi kenapa? Kenapa Sunda? Mungkin anda punya jawabannya. Tapi sebelumnya, kenapa Rhinoceros sondaicus justru dikenal dengan Badak Jawa.