almanak

Kapak Persegi, Peninggalan Zaman Neolitik

Kapak persegi atau kadang juga disebut beliung persegi adalah alat-alat batu yang berbentuk persegi dan atau trapesium. Perkembangan kapak persegi ini diperkirakan seiring dengan dimulainya periode neolitik yaitu sekitar 12.000-3.000 tahun yang lalu.

PublishedMarch 8, 2014

byDgraft Outline

Kapak Persegi Neolitik
Image by Gary Lee Todd / wikicommons

Masa awal bercocok tanam merupakan pembabakan perkembangan tradisi neolitik, alat-alat yang dihasilkan manusia pendukung budayanya sudah lebih maju jika dibandingkan dengan periode berburu dan meramu.

Alat-alat yang banyak dihasilkan adalah kapak, mata kapak, gelang, mata pisau, mata panah, tembikar, perhiasan, manik-manik dan lain-lain. Yang membedakan dengan periode sebelumnya adalah teknik baru dalam pembuatannya yaitu sudah terjadi kemahiran dalam teknik penghalusan atau pengasahan (pengupaman) seperti pemakaian gerinda.

Temuan kapak batu yang telah diupam sering dianggap sebagai petunjuk tentang adanya aktivitas manusia pada masa awal bercocok tanam dan periode neolitik 12.000 SM-4.500 SM (untuk akhir masa neolitik tergantung wilayah, ada juga yang berakhir di 1.000 SM).

Dalam bahasan kali ini akan digunakan istilah “Kapak Persegi” daripada istilah “beliung persegi”, kendati pun demikian, kedua istilah tersebut merujuk pada objek yang sama.

Gambar Kapak Persegi Neolitik
Image by Gary Lee Todd / wikicommons

Table of contents

Open Table of contents

Kapak persegi di Indonesia

Di Indonesia, tempat temuan kapak persegi hampir ditemukan di seluruh wilayah Kepulauan Indonesia, baik itu di Wilayah Sumatra, di Jawa, Bali, Nusa Tenggara, di Maluku, Sulawesi dan juga di Kalimantan.

Kapak persegi peninggalan masa prasejarah yang ditemukan di Indonesia atau di beberapa bagian dunia lainnya umumnya berbentuk memanjang dengan permukaannya yang berbentuk persegi panjang atau ada yang berbentuk trapesium.

Seluruh bagiannya biasanya diupam (diasah) secara halus, kecuali bagian pangkal dikarenakan bagian itu biasanya digunakan untuk mengikatkan batu pada tangkai. Kerabat dari kapak persegi yang terdekat namun lebih tua adalah kapak lonjong.

Istilah kapak persegi terkadang tidak hanya mengacu kepada kapak yang memiliki bentuk persegi panjang, tetapi banyak juga alat dari batu lainnya yang kemudian disesuaikan dengan ukuran dan keperluan yang memang berbeda yang besar kadang disebut kapak pacul, dan yang terkecil disebut tarah,.

Ada pula variasi bentuk lainnya tetapi masih dalam keluarga kapak persegi yaitu seperti kapak bahu, kapak tangga, kapak atap, kapak bentuk biola, dan kapak penarah. Alat-alat itu terlihat berbeda bentuknya, tetapi kadang masih disebut dengan Kapak Persegi.

Ketajamannya dibuat dengan cara mengasah pada bagian ujung permukaannya dengan batu pengasah untuk memperoleh bentuk ketajaman yang diinginkan. Ukuran dan bentuknya beragam, tergantung pada penggunaannya.

Sedangkan untuk fungsi dan kegunaannya tidak jauh berbeda dengan kapak yang anda kenal saat ini. Dengan pengecualian bahwa ada beberapa kapak yang kemungkinan memang dikhususkan sebagai bagian dari kelengkapan dalam sebuah upacara atau ritual kepercayaan.

Perhatian terhadap kapak persegi di Indonesia sudah dimulai sekitar tahun 1850, keberadaan kapak persegi Di Indonesia pernah dianggap sebagai kapak yang penghalusannya bukan dibuat oleh manusia tetapi oleh alam.

Kapak persegi hampir tersebar di seluruh Kepulauan Indonesia daerah temuannya mencakup Sumatra, di Jawa, di kepulauan Bali, Nusa Tenggara Timur, di Maluku, Sulawesi dan di Wilayah Kalimantan.

Perkembangan Kapak persegi di Kepulauan Indonesia, sepertinya terlihat lebih banyak berasal di bagian barat. Kurangnya perhatian dan penelitian di kawasan timur Indonesia bisa jadi salah satu yang memengaruhi kurangnya data mengenai temuan kapak persegi di Wilayah timur tersebut.

Batu yang dipakai sebagai bahan untuk membuat sebilah kapak persegi kebanyakan menggunakan jenis batu api dan Kalcedon. Kapak Prasejarah ini diperkirakan pada awalnya dibuat terpusat di satu atau beberapa tempat saja, kemudian “disebarkan” ke tempat-tempat lainnya.

Hal ini didasari pada tempat temuan kapak persegi di beberapa wilayah yang diketahui tidak memiliki bahan batu yang digunakan untuk bahan pembuatannya, sedangkan di tempat lain yang di duga menjadi pusat pembuatannya diketemukan banyak sekali bahan kapak persegi yang telah berbentuk namun masih kasar atau belum adanya proses pengupaman. Hal ini kemungkinan menandakan kapak persegi itu dihaluskan nantinya oleh pemakainya bukan oleh pembuatnya.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para arkeolog, pusat-pusat pembuatan kapak persegi itu antara lain yaitu di Palembang (di Desa Bungamas antara Tebing Tinggi-Lahat), Bogor (desa Pasirkuda), di Sukabumi, Karawang, di Tasikmalaya (Karang nunggal).

Jawa Timur (daerah Pacitan dan punung dan di selatan lereng Gunung Ijen), Jawa Tenga (di daerah pegunungan Karangbolong). Di Bogor, tepatnya di desa Pasirkuda bahkan diketemukan batu yang diduga sebagai batu untuk pengasahan.

Penemuan Kapak Persegi di luar Indonesia

Tradisi penghalusan alat-alat dari batu sepertinya menjadi sebuah gejala yang menyebar luas pada masa ini. Bukti-bukti peninggalan yang sama juga ditemukan di wilayah Asia Tenggara lainnya, Asia Timur dan di beberapa belahan bumi lainnya.

Kapak persegi yang di temukan di luar Kepulauan Indonesia alat yang hampir sama juga ditemukan di Malaysia, di Thailand, di Vietnam, Khmer, di Cina, Jepang, di pulau-pulau Taiwan, Filipina, Hoifu (Hong Kong). Juga ditemukan di Polinesia Timur, Luzon, Selandia Baru dan Botel Tobago.

Bentuk dan Jenis Kapak persegi

Ada beberapa variasi yang dikenal dari kapak persegi yang tentunya variasi ini tidak begitu saja terlepas dari bentuk dan fungsi dasarnya sebagai kapak. Diantaranya adalah:

Belincung atau jenis kapak punggung tinggi. Bentuk dasarnya terkadang ada yang berbentuk seperti segi tiga, segi lima, dan ada juga yang memiliki bentuk setengah lingkaran.

Belincung ini tergolong benda prasejarah yang cukup indah dalam keluarga kapak-kapak batu di dunia karena dibuat dari beberapa jenis batuan yang memiliki kandungan permata.

Jenis kapak belincung ini ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Belincung juga ditemukan di Semenanjung Malaya dengan nama kapak paruh dan juga di temukan di Polinesia Timur.

Kapak Bahu. Jenis kapak yang memiliki tangkai yang memang dipersiapkan dengan baik. Kapak bahu umumnya tersebar di daratan Asia.

Ada juga kapak bahu yang memiliki bentuk yang khusus seperti gagang panjang, mata kapak pendek, bahu cekung, dan bagian tajam yang cembung dan juga miring. Variasi Kapak jenis ini ditemukan di Bogor (Jawa Barat) dan di Kalumpang.

Kapak Tangga. Temuan Kapak jenis ini hanya beberapa buah saja di Indonesia yaitu di Sulawesi, tetapi di luar Wilayah Indonesia Kapak jenis ini tersebar di wilayah Cina Selatan, Hoifu (Hong Kong), pantai timur Asia Tenggara, Filipina, dan Taiwan.

Bagian pangkalnya dibuat lebih rendah, seakan menyerupai tangga yang turun satu tingkat, untuk menguatkan ikatan pada tangkai.

Kapak Gigir. Sebuah kapak yang memiliki punggung(gigir) yang sejajar dengan garis pangkalnya kapak dibuat di permukaan atas dengan cara memukulkan batu hingga tercapai bentuk gigirannya.

Jenis kapak semacam ini ditemukan di Hoifu (Hong Kong), pulau-pulau Taiwan, di Selandia Baru, dan di Luzon.

Kapak Atap. Variasi kapak jenis ini cukup tebal dengan bagian sisi-sisinya miring ke permukaan bawah dan membentuk trapesium. Kapak jenis ini tersebar di Kepulauan Maluku, Bali, dan Jawa Timur. Sedangkan di luar Wilayah Indonesia jenis yang sama ditemukan di Polinesia Timur.

Kapak Biola. Jenis Kapak ini ditemukan di Kalumpang. Kedua sisi Kapak biola memiliki cekungan yang mirip dengan biola dan bentuk penampangnya sedikit lonjong. pengasahan dilakukan ada permukaan alat dan tidak terlalu tajam.

Jenis kapak batu ini terdapat juga di wilayah Jepang, di Taiwan, dan di Botel Tobago.

Kapak Penarah. Bentuk kapak ini cukup panjang dengan penampang lintangnya menyerupai persegi empat tetapi memiliki bentuk yang cembung atau hampir bundar, bagian tajaman cekung di bagian bawah.

Jenis kapak batu ini berukuran cukup besar dan hanya beberapa di antaranya yang berukuran kecil. Kapak Penarah ditemukan di wilayah Jawa Timur dan Bali sedangkan di luar Kepulauan Indonesia, Jenis Kapak Penarah di temukan di Polinesia Timur dan di Selandia Baru.

Ada juga variasi kapak persegi yang mirip dengan bentuk kapak perunggu yang bagian tajamnya melebar melebihi ukuran kapaknya sendiri. Variasi Kapak ini ditemukan terbatas di wilayah Jawa Barat yaitu di sekitar Tangerang dan Jakarta, juga di Gunung Kidul, Jawa Tengah.

Pemasangan Pada Tangkai

Gambar Pemasangan Kapak Masa Prasejarah Neolitik
Image by JMiall / wikicommons

Pada masa paleolitik penggunaan kapak dari batu itu langsung dipegang atau digenggam, seperti jenis kapak genggam yang digunakan tanpa menggunakan alat lain;langsung digenggam oleh tangan.

Lain halnya dengan penggunaan kapak batu pada periode neolitik. Pendukung budaya neolitik, telah menggunakan gagang atau tangkai sebagai pegangan yang diikatkan pada kapak batu mereka.

Pemasangan tangkai ini selain sebagai bentuk inovasi untuk memudahkan dan kenyamanan ketika digunakan, juga dapat mempercepat kegiatan yang memerlukan kapak sebagai alatnya, karena kapak dengan tangkai memiliki daya yang lebih besar ketimbang hanya digenggam.

Memasangkan tangkai pada mata kapak juga beragam ada yang langsung memasukkan-nya ke dalam lubang yang memang khusus dibuat, ada juga yang hanya mengikatkan bagian ujung kapak pada tangkai atau ada juga yang mengikatkannya di tengah-tengah Kapak misalnya pada Kapak persegi dengan variasi biola.

Bahan tangkai atau gagang yang digunakan pada kapak persegi kemungkinan menggunakan bahan dasar dari kayu yangdi bentuk sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam memasangkan mata kapaknya dan juga memudahkan ketika menggunakannya.