almanak

Gigi yang Bercerita Tentang Evolusi Manusia

Studi baru tentang evolusi yang diterbitkan dalam jurnal online nature.com (24/2), menunjukkan bahwa evolusi gigi homonim—kerabat dekat manusia yang telah punah—jauh lebih sederhana dari yang diperkirakan sebelumnya. Peneliti kini bahkan bisa memprediksi ukuran gigi yang hilang dari sebuah fosil.

PublishedMarch 28, 2016

byDgraft Outline

Studi itu dipimpin oleh Dr Alistair Evans, seorang ahli biologi evolusi dari Monash University. Ia dan Tim-nya melakukan serangkaian studi dan perbandingan gigi dari fosil Homonid dan manusia modern.

“Apa yang membuat kita berbeda dari kerabat kita yang telah menjadi fosil itu? Palaeontolog telah bekerja selama beberapa dekade untuk menafsirkannya dan mencari cara baru untuk menyampaikan lebih banyak informasi tentang hal itu dari gigi, ” kata Dr. Evans.

Para peneliti dalam studinya menerapkan pola terprediksi ’inhibitory cascade’. Pola hubungan bertingkat seperti rangkaian tangga ( cascade ); bahwa ukuran satu gigi memengaruhi ukuran gigi yang ada di sebelah-nya.

“Studi baru kami menunjukkan pola itu jauh lebih sederhana dari pada yang sebelumnya kita pikirkan,” tegas Dr. Evans.

Tim peneliti ini yang memiliki akses ke database fosil yang tersebar di berbagai tempat di dunia, telah melakukan kajiannya cukup lama, bahkan mereka telah membuat reka-citra tiga dimensi untuk beberapa bagian fosil.

Penelitian lebih lanjut yang mereka lakukan adalah terhadap dua kelompok hominin utama: spesies di genus Homo (seperti mansuia modern dan Neanderthal); dengan australopith, termasuk spesimen dari Afrika, seperti Lucy, hominin yang sempat terkenal beberapa waktu lalu.

“Apa yang benar-benar menarik adalah, kami kemudian bisa menggunakan aturan inhibitory cascade untuk memprediksi ukuran gigi yang hilang dari sebuah fosil,” ungkap laporan itu.

Fosil-fosil manusia purba yang diketemukan terkadang memang tidak utuh. Pada beberapa kasus, struktur gigi memang ada yang tidak lengkap dan dalam kasus ini peneliti memberi jawaban untuk hal itu.

“Dengan pengetahuan baru ini, kami bisa memperkirakan seberapa besar gigi yang hilang. Sebagai contoh, hominin awal seperti Ardipithecus, geraham dan gigi bungsunya tidak pernah ditemukan, tapi sekarang kita bisa memprediksi itu akan seperti apa,” kata laporan itu

Profesor Grant Townsend dari University of Adelaide School of Dentistry ikut terlibat dalam penelitian ini. Ia banyak meneliti tentang gigi, bahkan di tempatnya—Rumah Sakit Gigi Adelaide—merupakan salah satu tempat yang mempunyai koleksi cetakan-cetakan gigi paling banyak di dunia.

“Koleksi gips gigi itu sangat penting untuk menemukan tempat kita dalam pohon evolusi,” kata Profesor Townsend yang juga merupakan salah satu penulis dalam laporan ini.

Pendapat yang tidak jauh berbeda dikatakan oleh Dr. Evas yang menyebut, “gigi dapat memberitahu banyak hal tentang kehidupan nenek moyang kita, bagaimana mereka bisa bertahan selama tujuh juta tahun.”

Temuan dari penelitian ini selain berguna untuk menafsirkan fosil yang tidak utuh, juga telah menambah lagi deretan pengetahuan yang akan membuka tabir misteri evolusi manusia. Tentunya, itu juga akan memberikan petunjuk tentang bagaimana kita nanti di masa depan.