almanak

Kuil Karnak dan Sekelumit Pemujaan Amun, Mut, dan Khonsu

Kuil Karnak adalah bangunan kuno yang mampu mengangkangi banyak keajaiban di dunia modern. Dalam kepercayaan orang Mesir kuno, Kuil Karnak dikenal sebagai Ipet-Isu atau ‘Tempat yang Terpilih’. Kompleks suci yang lebih menyerupai kota ini didedikasikan untuk triad Thebes; Amun, Mut, dan Khonsu.

PublishedMarch 12, 2016

byDgraft Outline

Kompleks Karnak adalah komplek keagamaan kedua terbesar—setelah Angkor wat—yang meliputi hampir seluas 1,2 km persegi. Untuk sebagian besar penduduk Mesir pada masa itu, Karnak memang dikhususkan menjadi tempat para Dewa dan menjadi tempat ziarah selama hampir 3.000 tahun.

Sektor tengah dari kompleks ini, didedikasikan untuk Amun-Ra. Luasnya mencapai 0.25 Km persegi dan menjadi bagian terluas di Karnak. Di bagian selatan terdapat kuil kecil yang didedikasikan untuk istrinya, Dewi Mut.

Khonsu adalah anak Amun-Ra dan dewi Mut. Sebuah tempat suci yang didedikasikan untuknya di dibangun tepat di tengah-tengah tempat Amun-Ra dan Mut. Sedangkan untuk sektor utara adalah tempat untuk Montu; Dewa perang berkepala burung.

Bangunan paling fantastis di Karnak adalah ‘aulanya’. Dibangun di sebelah barat dan merupakan Hypostyle —bangunan beratap yang ditopang oleh jajaran tiang—yang memiliki 134 tiang penyangga.

Konstruksi wilayah Karnak dimulai sekitar 4.000 tahun yang lalu dan hampir setiap penguasa Mesir meninggalkan jejak arsitektur-nya sendiri di Kompleks tersebut.

Karenanya, selain tempat suci tiga Dewa utama itu, Karnak juga memiliki beberapa kuil kecil lainnya. Juga ada sebuah danau yang cukup luas dan disucikan.

Danau ini dikelilingi oleh gudang dan tempat tinggal bagi para Imam. Saat perayaan Opet—dipercaya merupakan hari dimana Dewa Amon, Mut, dan Khonsu, melakukan ritual perjalanan dari Karnak ke Luxor—Tongkang suci mereka akan mengapung di danau suci tersebut selama berhari-hari.

Orang Mesir kuno juga percaya bahwa saat menjelang akhir siklus pertanian, para Dewa dan Bumi menjadi kelelahan. Konon Dewa dan Bumi itu membutuhkan masukan energi baru yang berasal dari kosmos. Untuk memenuhi regenerasi ajaib ini, festival Opet diadakan tiap tahun dan berlangsung selama dua puluh tujuh hari.

Patung Dewa Amun dimandikan dengan air suci, tak lupa patung itu dipakaikan pakaian dari kain lenin halus yang dihias emas dan perhiasan perak. Para Imam kemudian menempatkan Dewa mereka itu dalam sebuah ‘tandu suci’.

Firaun muncul dari kuil, para imam mulai mengangkat tandu pada bahu mereka, lalu bersama-sama mereka berkeliling ke jalan-jalan yang sudah dipadati rakyat yang ingin mendapatkan berkah.

Sederet pasukan menyertai mereka, ada juga deretan para pemain musik, dan mereka yang melantunkan puja-puji. Selanjutnya, asap dupa, musik, dan doa memenuhi udara.

Firaun dan para Imam-nya kemudian memasuki kuil. Upacara dilakukan untuk mengembalikan kekuatan Amun, tak lupa mereka juga mengalihkan sedikit energi Anum pada Firaun agar menjadi bukti kesatuan Anum dan Firaun.

Ketika Firaun akhirnya muncul dari kuil upacara itu, seluruh rakyat yang telah menunggu di luar itu bersorak. Mereka merayakan terjaminnya kesuburan bumi dan menumbuhkan harapan akan hasil panen yang melimpah.

Selama festival ini segala keperluan di tanggung Raja. Dari mulai makanan hingga minuman yang memabukkan. Beberapa juga diizinkan masuk ke kuil untuk mengajukan pertanyaan pada Dewa Anum-Ra.

Kemungkinan para Imam lah yang menjawab setiap pertanyaan itu, bisa dari balik dinding atau dari dalam patung yang memiliki rongga.