almanak

Danau Bandung; Cekungan Purba dari Kala Pleistosen

Bandung pada masa lalu adalah sebuah danau. Danau Bandung Purba atau dalam istilah geologi disebut sebagai Bandung Basin, diperkirakan terbentuk ratusan ribu—bahkan ada yang menyebut jutaan—tahun lalu.

PublishedApril 14, 2016

byDgraft Outline

Wilayah Bandung saat ini menurut prof. Sutikno Bronto, pakar geologi gunung api dari pusat Survei Geologi, dikelilingi oleh barisan pegunungan dengan formasi batuan periode kuarter dan topografi bagian barat dijejali formasi batuan yang lebih muda berseling dengan batuan gamping.

Dalam bahasa setempat (Bahasa Sunda) didapati ungkapan ” Bandung dilingkung ku gunung ” (Bandung dikelilingi oleh gunung) ungkapan yang hampir memberikan keterangan yang sama, ibu kota Jawa Barat ini seperti sebuah mangkuk.

Mangkuk raksasa yang terentang dari Nagreg di sebelah timur hingga Padalarang di sebelah barat; kurang lebih panjangnya 60 Kilometer arah timur tenggara-barat laut dan mencapai 40 Kilometer jika ditarik lurus utara-selatan.

Koesoemadinata, geolog dari ITB (Institut Teknologi Bandung) yang mengkaji asal-usul manusia Sunda, lebih jauh mengatakan bahwa daerah-daerah di sekitar Danau Bandung Purba kemungkinan sudah berpenghuni.

Pendapatnya itu dibuktikan dengan temuan dari sisa-sisa aktivitas manusia masa lampau—salah satu yang cukup terkenal adalah Situs Gua Pawon—berada pada ketinggian sekitar 700 mdpl (meter dari permukaan laut).

Temuan ini sekurang-kurangnya dapat memberi kita gambaran bahwa saat Bandung masih terandam air, sudah ada yang menyaksikan; nenek moyang kita mungkin sesekali berenang di danau ini.

Reinout Willem van Bemmelen, geolog Belanda yang cukup konsen mempelajari karakater dan Stratigrafi bumi Indonesia, dalam bukunya "The Geology of Indonesia", memberikan pemaparan bahwa sejarah geologi Bandung dapat ditelusuri hingga sekitar 20 juta tahun yang lalu.

Saat sebagian besar daerah Bandung utara masih tertutup air laut; Fosil koral yang membentuk terumbu karang ditemukan di sepanjang punggung bukit Rajamandala —sekarang terumbu tersebut menjadi batu kapur dan ditambang sebagai marmer.

Van Bemmelen yang telah melakukan pengamatan terhadap bentuk bantuan dan morfologi gunung-gunung berapi di sekitar Bandung ini memberikan pendapat bahwa Danau Bandung Purba terbentuk karena Sungai Citarum purba yang tersumbat.

Pembendungan ini disebabkan oleh pengaliran debu dari letusan Gunung Tangkuban Parahu yang sebelumnya didahului oleh letusan dahsyat dari Gunung Sunda Purba.

Kurang lebih sekitar 14 juta-4 juta tahun yang lalu, Van Bemmelen memperkirakan dasar laut mulai terangkat secara tektonik menjadi daratan dan daerah pegunungan.

Selanjutnya serangkaian aktivitas vulkanik lalu menyebabkan lahirnya bukit-bukit yang mengarah ke bagian utara selatan; antara Bandung dan Cimahi.

Dua juta tahun yang lalu aktivitas vulkanologi ini sepenuhnya bergeser ke utara dan membentuk Gunung Sunda, gunung api purba yang kemudian meletus membentuk kaldera, pada gilirannya memunculkan Gunung Tangkuban Parahu.

Senada dengan Van Bemmelen, Sutikno Bronto bersama rekan penelitinya Udi Hartono, pada tahun 2006 mengkaji Potensi Sumber Daya Geologi di Daerah Cekungan Bandung, juga memperkirakan bahwa Cekungan Bandung merupakan sebuah kaldera.

Dugaan tersebut merujuk pada temuan pola yang menyebar namun bersumber dari satu tempat. Salah satu dugaan mereka, itu akibat gaya vertikal dari bawah Cekungan. Dugaan lainnya adalah adanya magma yang membeku atau mungkin tengah “beraktivitas”.

Beberapa peneliti juga menemukan di antara tanah purba atau batuan sedimen terbawah Cekungan Bandung terdapat lapisan abu gunung api. Temuan yang kerap dihubungkan dengan kegiatan gunung api dan mungkin mengawali pembentukan Danau Bandung.

Tahun 1992, Tim peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (Indonesia) mengungkapkan hal yang berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya berkenaan dengan sejarah geologi Bandung.

Menggunakan metode penanggalan radiometri dengan isotop carbon C-14 dan metode pengamatan bentuk serta singkapan morfologi, penelitian yang dipimpin oleh Dam, M. A. C. dan Suparan itu bahkan telah menjumpai umur yang jauh lebih tua untuk beberapa kejadian dari yang diperkirakan sebelumnya.

Peneliti mencari lapisan endapan sedimen Danau Bandung dengan melakukan pengeboran di dua tempat; 60 meter di Bojongsoang dan mencapai kedalaman 104 meter di Sukamanah.

Dalam laporannya, para peneliti bahkan bisa menyimpulkan bahwa Danau Bandung Purba tidak terbentuk atau disebabkan oleh peristiwa letusan Gunung Sunda dan atau Gunung Tangkuban Parahu.

Danau Bandung menurut mereka terjadi karena peristiwa tektonik dan peristiwa denudasi (proses pengikisan permukaan yang mengakibatkan berkurangnya ketinggian) yang terjadi pada 125 ribu tahun yang lalu. Bagaimana Danau Bandung Purba ini kemudian terkuras habis?

JKonon—masih banyak perdebatan untuk alasan pastinya—hilangnya air dari danau itu disebabkan terbukanya wilayah-wilayah pembendung. Ada juga yang berpendapat surutnya air Danau Bandung Purba karena proses pendangkalan akibat material-material yang masuk ke dalam danau yang kemudian mengendap.

Jika merujuk pada pendapat Eko Yulianto, Geolog Puslit Geoteknologi LIPI (Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), endapan danau purba itu pula yang menyebabkan kawasan cekungan Bandung memiliki karakteristik tanah yang “lunak”.

Dari beberapa peneliti, kesamaan dalam analisis mereka umumnya memang menyepakati bahwa Pembentukan danau atau cekungan Bandung ini tidak berlangsung dalam periode yang singkat.

Eko Yulianto, mengatakan danau yang merendam Bandung itu sejatinya terjadi melalui beberapa tahap. Tahap yang terakhir menurutnya terbentuk sekitar 20.000 tahun lalu.

Sementara Nurul Laili dalam laporan yang terdapat di jurnal “Arkeologi dari Lapangan ke Permasalahan” memperkirakan akhir dari Danau Bandung yaitu pada 16 ribu tahun yang lalu.

Ada hal yang cukup menggelitik jika Cekungan Bandung benar-benar berkaitan dengan aliran sungai Citarum yang terbendung. Alasan yang hampir sama bisa kita dapati dari cerita rakyat yang cukup populer di masyarakat Jawa Barat, legenda Gunung Tangkuban Parahu.

Bedanya—dan mungkin kenapa hanya dipandang sebagai legenda— dalam legenda Gunung Tangkuban Parahu diceritakan Sangkuriang lah yang konon memang dengan sengaja membedung aliran Sungai Citarum.

Yang menjadi pertanyaannya adalah, apakah “Legenda” tersebut telah mengakar jauh di masyarakat Jawa Barat bahkan sebelum ada penelitian dan pembuktian dari kajian-kajian geologi?!

Jika pun iya, pertanyaan selanjutnya adalah, dari mana dan bagaimana pengetahuan 20.000 tahun lalu itu bisa tersembunyi dalam cerita rakyat? Menarik!