almanak

Gunung Sunda, Gunung Purba di Tanah Pasundan

Gunung Sunda pernah menjulang tinggi di bagian barat Pulau Jawa. Syahdan, dari kejauhan gunung ini selalu tampak putih karena senantiasa tertutup abu yang keluar dari kerucut-nya.

PublishedApril 29, 2016

byDgraft Outline

Dari kajian dan penelitian geologi, dapat dipastikan bahwa gunung yang telah “punah” ini dulu berada di dataran tinggi Priangan, Jawa Barat.

Tegak berdiri dengan dasarnya yang konon mencapai 20 km lebih, sementara tingginya mencapai ±4.000 mdpl. Gunung berapi yang ada selama kala Pleistosen itu bahkan disebut-sebut sebagai gunung berapi tertinggi di pulau Jawa pada masanya.

Beberapa pihak ada yang menyebutkan bahwa Gunung Sunda terbentuk 100 juta tahun yang lalu. Tapi dari beberapa hasil penelitian umumnya menyebutkan gunung purba tersebut berada pada periode Pleistosen (2,8 juta-12.000 tahun lalu).

Keberadaan Gunung Api Purba di Jawa ini menurut Nurul Laili yang menganalisis jejak budaya obsidian di sekitar Danau bandung, dipastikan antara 2 juta sampai 100 juta tahun yang lalu.

Kesimpulan itu didasarkan pada data dari hasil pengukur umur batuan beku dari aliran lava, antara lain di Batu Nyusun sebelah timur laut Dago Pakar di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda (1200 juta tahun), Batu Gantung, Lembang (506 ribu tahun) dan di Maribaya (182 dan 22 2ribu tahun).

Mengenai Sejarah Gunungnya asendiri, T. Bachtiar, anggota Masyarakat Geografi Indonesia yang juga merupakan Kelompok Riset Cekungan Bandung menyatakan bahwa Gunung Sunda berasal dari Gunung Jayagiri (Pra Gunung Purba Sunda).

Gunung Sunda kemudian ‘runtuh’ dan membentuk kaldera luas. Dari kaldera Gunung inilah Gunung Tangkuban Parahu kemudian terbentuk.

Selain Tangkuban Parahu, peneliti lainnya beranggapan bahwa Gunung purba ini juga disebut-sebut sebagai pendahulu dari Burangrang dan Bukit Tunggul.

Sejarah Letusan Gunung Sunda

Mochamad Nugraha Kartadinata, geolog dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi yang juga telah mengkaji Gunung Tangkuban Parahu dan Gunung Sunda, lebih jauh mengungkap sejarah letusan-letusan yang terjadi.

Letusan dahsyat Gunung Sunda oleh Mochamad dibagi menjadi beberapa episode letusan. Antara 210.000-128.000 tahun yang lalu, episode letusan yang mengalirkan lava, disusul dengan episode 1. Tiga unit letusan yang dalam satu unit letusan bisa terjadi lebih dari satu kali letusan besar.

Kurang lebih 105.000 tahun yang lalu fase letusan-letusan yang meruntuhkan badan gunung hingga membentuk kaldera dimulai. Meliputi fase plinian, freatomagmatik, dan fase ignimbrit.

Pada fase ignimbrit tercatat lontaran volume materi yang keluar mencapai 66 km3 hingga menutupi kawasan dalam radius 200 km2. Di beberapa tempat rata-rata ketebalan bahkan mencapai 40 meter.

Sebagai pembanding, Gunung Krakatau yang meletus tahun 1883 itu melontarkan material 18 km3 dan letusan gunung Tambora tahun 1815 menghamburkan 150 km3 material.

Banyaknya material yang dikeluarkan masih merupakan perkiraan, terlebih jika material tersebut mengakibatkan sebagian besar dari tubuh Gunung Sunda runtuh, hingga membentuk kaldera seluas 6,5 x 7,5 km.

T. Bachtiar lebih jauh menyimpulkan bahwa letusan Gunung fase ketiga itulah yang telah menguruk Citarum Purba di utara Padalarang, hingga membentuk danau raksasa, Danau Bandung Purba.

Jejak Gunung Purba

Dari kaldera Gunung itu kemudian lahir Gunung Tangkuban Parahu kuno yang diperkirakan meletus di antara 90.000-10.000 tahun yang lalu sebanyak 30 unit letusan. 12 unit letusan terjadi antara 10.000-50 tahun yang lalu pada Gunung Tangkuban Parahu Muda.

Erupsi dari Tangkuban Parahu, bersamaan dengan terjadinya patahan Lembang sampai Gunung Malangyang yang memisahkan dataran tinggi Lembang dari dataran tinggi Bandung. Kejadian yang diperkirakan van Bemmelen berlangsung pada kisaran 11.000 tahun yang lalu.

Sisa gunung purba raksasa yang terbentuk sekitar 2 juta tahun lalu ini sekarang adalah punggungan bukit. Di sekitar Situ Lembang dan Gunung Burangrang diyakini sebagai salah satu kerucut sampingan dari Gunung Sunda Purba.

Sisa lain dari lereng Gunung Sunda Purba ini terdapat di sebelah utara Bandung, khususnya sebelah timur Sungai Cikapundung sampai Gunung Malangyang, yang oleh van Bemmelen disebut sebagai Blok Pulasari.

Sisa lain dari Gunung Sunda menurut Koesoemadinata dalam makalahnya “Asal-Usul dan Prasejarah Ki Sunda” adalah Bukit Putri yang berada di sebelah timur laut Lembang.

Gunung dan Istilah Sunda

Dalam bukunya, The Geology of Indonesia, Geolog Belanda, RW Van Bemmelen, mengatakan Dataran Sunda hampir sepenuhnya dikelilingi sistem Gunung Sunda. Ia pun menduga nenek moyang Sunda kemungkinan menyaksikan meletusnya Gunung Sunda.

Untuk arti dan makna dari Sunda sendiri, Van Bemmelen, mengutip ahli bahasa Belanda, CC Berg, yang berpendapat bahwa Sunda berasal dari kata Sanskerta chudda yang berarti murni atau putih.

Kata dan atau istilah Sunda sendiri sebetulnya sudah tidak asing lagi dan sangat mengakar dalam sejarah Indonesia khususnya sejarah masyarakat Jawa Barat.

Sunda dalam konsep geopolitis pada masa lalu merupakan entitas sebuah kerajaan yang selama berabad-abad berkuasa di wilayah Jawa Bagian Barat, di tempat yang sama di mana Gunung Purba orang Sunda pada masa lalu kokoh berdiri.