almanak

Hammurabi; Pembangun Kerajaan dan Peradaban

Beribu-ribu tahun sebelum tarikh Masehi, di Mesopotamia ada sebuah kerajaan yang telah tinggi kebudayaannya. Seluruh daerah itu seakan-akan sebuah padang gandum; di sana-sini diseling oleh rimba-rimba pohon palem dan cemara, kebun buah-buahan dan tanaman-tanaman yang permai.

PublishedAugust 8, 2016

byDgraft Outline

Siapakah yang menjadikan kota Babylon sebesar dan sebagus itu? Seorang Raja besar tentunya, Hammurabi namanya. Ketika ia mula-mula jadi raja, ia sering harus berperang. Negara-negara tetangganya satu demi satu ia taklukan semua hingga hampir seluruh Mesopotamia dikuasai-nya.

Mesopotamia berarti “daerah antara dua buah sungai”, yaitu Sungai Euphrat dan Sungai Tigris. Mata airnya terletak di tanah tinggi Armenia.

Pada sebuah tempat kedua buah sungai itu mengalir sangat berdekatan, di situ ada sebuah kota kuno yang penuh dengan keajaiban, Babylon namanya yang berarti “pintu gerbang menuju surga”.

Nama itu tidak akan mengherankan kalau kita baca tulisan-tulisan ahli sejarah di zamannya. Dinding kotanya saja 65 km panjangnya. Karena sangat besar lebarnya, di atas dinding itu ada sebuah jalan khusus untuk raja.

Sebuah bangunan pencakar langit, kira-kira 100 meter tingginya, kelihatan sangat jelas dari berbagai tempat; menara kuil tempat Marduk atau bel yang dipuja–dewa kerajaan Babylon yang utama.

Sejatinya belum ada catatan pasti yang kita ketahui tentang sosok Hammurabi ketika ia masih kecil. Dari beberapa catatan yang bisa didapati oleh para ahli, kita ketahui bahwa Hammurabi adalah penguasa yang tahu akan kedudukannya sebagai pembangun kerajaan. Ia menulis:

Aku, Hammurabi, Raja Babylon yang gagah perkasa dan raja empat penjuru mata angin, aku telah menciptakan kerajaan Babylon ini ”.

Seterusnya ia menamakan dirinya “putera Babylon” dan seorang “prajurit yang tidak ada pembandingnya di seluruh dunia”. Bagaimanapun kejam dan perkasanya seorang Hammurabi di medan perang, ia memperlihatkan bahwa apa yang dilakukannya itu karena untuk menciptakan keadaan yang aman dan sentosa buat rakyatnya.

Dari banyak capaian Hammurabi dapat kita ketahui, ia memang bercita-cita menjadi raja yang damai. Ia berkehendak menjadi seorang bapak bagi rakyat yang diperintahnya.

Kebesaran seorang Hammurabi sebagai seorang Raja tidak akan kita ketahui sekiranya dalam tahun 1901 undang-undangnya tidak kita jumpai. Undang-undang Hammurabi itu dituliskan pada sebuah tugu dengan tingginya yang mencapai 2 meter.

Hammurabi Menerima Undang-Undang dari Dewa Mata Hari

Seperti bangsa-bangsa dari zaman kuno lainnya, orang Babylonia juga menganggap undang-undang mereka itu berasal dari dewata. Raja merekalah yang menerima undang-undang itu dari tangan dewa.

Seluruh sisi tugu–bersegi delapan–dari Undang-Undang Hammurabi, dari atas sampai ke bawah dipenuhi tulisan dengan semacam aksara yang aneh bentuknya. Rupanya seperti gambar paku, karena itu para sarjana yang memempelajarinya menamakan itu “tulisan paku”.

Beberapa orang sekarang telah mahir membaca tulisan paku itu. Karenanya banyak yang telah kita ketahui berkenaan dengan sejarah orang Babylonia.

Dari tulisan Hammurabi antara lain yang dapat kita baca: “ Setelah para dewata membuat nama Babylon jadi harum di seluruh penjuru mata angin… maka aku, Hammurabi, telah mereka jadikan raja yang gagah perkasa dan pemuja dewata.

Aku telah diwajibkan untuk membawa keadilan di dalam negara, aku ditugaskan agar memusnahkan sekalian yang jahat dan yang gemar berbuat demikian; menjaga agar yang kuat tidak memeras yang lemah, berusaha agar beban negara jadi ringan dan kemakmuran jadi pesat.

Aku Hammurabi, raja yang dipilih oleh dewata. Aku telah menjadikan negara ini makmur, hasilnya melimpah… aku telah memberikan air yang tak terhingga banyaknya, aku telah melawan serangan-serangan bangsa lain dan aku telah menjamin keselamatan harta Babylon ”. Undang-undang Hammurabi itu terdiri atas 282 bab dan berisikan peraturan-peraturan tentang bermacam soal: Ada peraturan tentang pertanian, perdagangan, pengadilan, mata uang dan beratus-ratus macam soal lainnya.

Misalnya beberapa aturan yang tercatat, seperti tentang Tukang kayu dan ‘masa garansi’ ketika ia memperbaiki kapal: “ Apabila seorang tukang kayu telah memperbaiki kapal buat orang lain, tetapi pekerjaan yang dilakukannya itu tidak baik, hingga kapal bocor kembali dalam tempo datu tahun, maka tukang kayu itu harus membetulkan kapal itu kembali atas ongkosnya sendiri dan mengembalikan kapal itu kepada yang punyanya ”.

Ada juga aturan mengenai hukuman bagi keteledoran seseorang yang mengakibatkan kerugian orang lain, misalnya jika orang tersebut membocorkan tanggul penampungan air:

Apaibila seorang, atas kesalahan sendiri telah mengakibatkan lobang dalam tanggul air di daerahnya dan karena perbuatannya itu akan timbul bencana kebanjiran, maka orang itu harus mengganti sekalian gandum yang telah rusak karena air itu.

Apabila tidak ada uangnya untuk mengganti kerugian itu maka seluruh harta bendanya harus dijual dan uangnya harus dibagi-bagikan kepasa semua orang yang menderita kerugian. Kalau jumlah uang itu tidak cukup untuk menutupinya, maka orang itu sendiri harus dijual dan dijadikan budak ”. Orang Babylon kemungkinan tidak menuliskan sesuatu di atas kertas seperti kita saat ini, tetapi pada permukaan potongan-potongan tanah liat yang telat didatarkan. Tanah liat itu ditulisi ketika masih lembab.

Tidak sedikit jumlah tablet dari tanah liat yang serupa itu telah ditemukan kembali oleh para arkeolog. Ketika mereka telah berhasil mengerti tulisan paku, tulisan di atas tablet tanah liat itu tidaklah menjadi penghalang untuk memahami maksudnya.

Babylonia Sepeninggal Hammurabi

Berabad-abad setelah Hammurabi meninggal, kerajaan yang ditinggalkannya dapat berkuasa terus. Tetangga yang sangat berbahaya buat Babylonia ialah Bangsa Assyiria. Mereka mendiami daerah hulu Sungai Tigris; ketika Hamurabbi masih hidup mereka nyatanya tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Babylon.

Sejak kira-kira tahun 1300 SM, akhirnya merekalah yang kemudian berkuasa atas Mesopotamia. Dan kurang lebih baru pada pada tahun 750 SM, mereka berhasil menundukan Kerajaan Babylon. Sebagian besar kota Babylon dihancurkan. Raja Assyiria memang terkenal sangat kejam di masa itu.

Kira-kira dalam tahun 600 Sm, Kerajaan Babylon dapat merebut kembali kemerdekaannya kembali. Setelah setengah abad lamanya kini rakyatnya berhasil hidup bebas, sentosa dan Makmur. Namun tidak berlangsung lama, Penguasa Babylon berhasil ditundukan oleh Cyrus Agung, Raja orang Parsi.

Sekilas tentang Manusia Bersayap

Orang Babylonia dan Assyiria gemar melukiskan dewata yang menolong kehidupan mereka dengan gambaran-gambaran makhluk yang bersayap. Sayap itu mempunyai makna, mereka adalah perantara yang membawa pesan dari penguasa Semesta untuk manusia.

Kadang-kadang Ada juga yang menyerupai bentuk banteng, singa dan yang berkepala manusia atau badan manusia, tetapi berkepala hewan dan atau sebaliknya.