almanak

Manusia Menggunakan Api 300.000 tahun yang lalu

Temuan baru yang dilaporkan dalam Journal of Archaeological Science April tahun lalu menunjukkan bukti bahwa manusia menggunakan api dan mengendalikan api secara teratur sejak 300.000 tahun yang lalu.

PublishedAugust 2, 2016

byDgraft Outline

Sebuah tim peneliti Israel menemukan bukti awal yang menyatakan adanya penggunaan tungku perapian yang digunakan terus-menerus selama beberapa periode di Gua Qesem (sebuah situs arkeologi di dekat Rosh Ha’ayin kini) yang telah dihuni 300.000 tahun yang lalu.

Para peneliti lebih lanjut mengidentifikasi adanya deposito tebal dari abu kayu di tengah gua. Spektroskopi inframerah kemudian membantu mereka untuk menentukan bahwa ada bit tulang dan tanah yang telah dipanaskan sampai suhu yang sangat tinggi, tercampur dengan abu.

Temuan ini meyakinkan mereka bahwa tempat itu telah menjadi situs tungku perapian besar yang cukup penting.

Dr Ruth Shahack-Gross dari Kimmel Center for Archeological Science di Weizmann Institute kemudian menguji micromorphology abu dengan menggunakan mikroskop. Hal itu membantu dia dan rekan-rekannya untuk melihat komposisi bahan dalam deposit; mengungkapkan bagaimana itu terbentuk.

Metode tersebut nyatanya memang membantu mereka untuk menegaskan adanya tungku perapian yang digunakan berulang kali dari waktu ke waktu.

Para arkeolog lebih lanjut menemukan sejumlah besar alat-alat batu di sekitar area perapian yang diduga digunakan untuk memotong daging. Mereka juga menemukan alat-alat batu yang memiliki bentuk yang berbeda; dirancang untuk kegiatan lainnya.

Selain itu, di sekitar daerah perapian di gua tersebut juga ditemukan sejumlah besar tulang hewan yang dibakar. Hal ini menambah lebih banyak bukti lagi bahwa api digunakan untuk memasak daging.

Temuan lain oleh Shahack-Gross dan timnya menunjukkan bahwa manusia yang tinggal di gua tersebut telah membagi tata ruang gua untuk berbagai kegiatan rumah tangga. Ini memperkuat dugaan lainnya bahwa gua telah digunakan seperti base camp oleh manusia prasejarah untuk kembali lagi dan lagi.

“Temuan ini membantu kami untuk memperbaiki titik balik penting dalam perkembangan budaya manusia – yang di mana manusia pertama mulai menggunakan api secara teratur baik untuk memasak daging dan sebagai titik fokus – semacam api unggun – untuk pertemuan sosial,” Shahack- Gross mengatakan dalam sebuah pernyataan.

“Mereka juga memberitahu kita sesuatu tentang tingkat budaya yang mengesankan dari perkembangan sosial dan kognitif manusia yang hidup sekitar 300.000 tahun yang lalu,” pungkasnya.

Lebih jauh Tim peneleiti percaya temuan mereka itu adalah tanda-tanda perubahan substansial dalam perilaku dan biologi manusia yang memulai bentuk-bentuk baru baik budaya dan spesies manusia di sekitar 400.000 tahun yang lalu.