almanak

Ratu Hatshepsut dan Peradaban Mesir Kuno

Yang sangat menarik perhatian kita yaitu ketika Ratu Hatshepsut diangkat sebagai Raja Muda oleh ayahnya yang telah memerintah kurang lebih 30 tahun lamanya. Ia menikah dengan saudara tirinya yang bernama Thutmosis II.

PublishedAugust 6, 2016

byDgraft Outline

Tanah Mesir daerah yang ganjil; tak ada duanya di dunia ini. Hanya kira-kira 1/6 bagian yang dapat didiami dan selebihnya daerah tandus dan padang pasir.

Di sana hujan hampir tidak ada. Langit selalu menyengat dan jarang berawan. Hawanya panas. Apabila orang menyangka, tidak banyak manusia tinggal di daerah yang seperti itu alamnya, maka salah lah sangkaan itu. Tentu buminya tidak subur—pendapat itupun keliru.

Dahulu daerah Mesir ini sangat padat penduduknya. Tanahnya sangat subur dan orang Mesir dapat memberi makan bangsa-bangsa lain. Mesir di zaman kuno bahkan mendapat julukan “Gudang Gandum di Laut Tengah”.

Sekarang penduduk tanah Mesir tidak sebanyak dahulu lagi, tetapi kesuburan buminya tidak berkurang. Itu disebabkan karena jasa satu-satunya aliran air yang di sana; dari selatan ke utara, yaitu Sungai Nil.

Sungguh pun rata-rata dari lembah-nya hanya 5 km lebarnya, tetapi tanahnya sangat subur. Mata airnya berasal dari daerah pegunungan yang jauh di selatan.

Dari bulan Juli Hingga Oktober jika beruntung akan terjadi musim hujan. Sungai Nil yang tidak lebar dan karena itu tidak sanggup mengalirkan air hujan dalam jumlah banyak.

Maka di antara bulan-bulan tersebut Sungai Nil Banjir; 1/6 bagian dari Mesir digenanginya. Itu lah sebabnya, beberapa kota Mesir didirikan di atas bukit.

Table of contents

Open Table of contents

Mesir Hadiah Sungai Nil

Jika dalam bulan Oktober air bah Sungai Nil mulai surut, maka di seluruh daerah yang digenanginya itu tinggal lumpur; lumpur itu membuat daerah itu menjadi subur. Bertani tidak begitu sulit di Mesir.

Hasilnya banyak. Ladang-ladang orang Mesir juga memberi hasil tiga kali dalam setahun dan dengan membuat saluran-saluran air, luas daerah yang dapat ditanami diperluas pula.

Di mana-mana saja yang tanahnya tergenang air, ia dapat ditanami. Yang tersubur tanahnya adalah muara Sungai Nil. Di sana alirannya bercabang-cabang, semuanya bermuara di Laut Tengah. Daerah di antara anak-anak Sungai Nil pada muaranya itu disebut sebagai delta Sungai Nil.

Sejarah Mesir yang Sudah Sangat Tua

Berpuluh-puluh abad Sebelum Masehi (SM), orang Mesir telah diam di lembah Sungai Nil. Pada kira-kira 2100 SM, Mesir diperintah oleh seorang raja yang bernama Sesostris. Sejarah menceritakan tentang raja itu, ia melakukan beberapa peperangan di negeri yang jauh.

Sesostris dikabarkan mempunyai angkatan perang yang terdiri atas 600.000 orang tentara yang berjalan kaki dan 24.00 menaiki onta—orang Mesir baru menggunakan kuda kurang lebih sekitar tahun 1650 SM. Biarpun jumlah itu dirasa mungkin agak berlebihan, tetapi Seostris memang merupakan raja besar di zamannya.

Raja Thutmosis (Thutmose) pun merupakan kepala pemerintahan yang besar di zamannya, ibu kotanya terletak di Thebes.

Mesir Kuno dan Ratu Hatshepsut

Yang sangat menarik perhatian kita yaitu ketika Ratu Hatshepsut diangkat sebagai Raja Muda oleh ayahnya yang telah memerintah kurang lebih 30 tahun lamanya. Ia menikah dengan saudara tirinya yang bernama Thutmosis II.

Perkawinan antara adik dengan kakak sering terjadi pada penguasa Mesir waktu itu dengan tujuan kemurnian garis keturunan dan melanggengkan Dinasti penguasa.

Ketika Thutmosis II meninggal yang diangkat sebagai gantinya adalah keponakannya yang bergelar Thutmosis III. Ratu Hatshepsut konon tidak mau menerima keputusan itu begitu saja. Disingkirkannya Raja yang masih muda itu dari singgasana dan Ratu Hatshepsut mengangkat dirinya sebagai penguasa Mesir.

Hal itu tentu saja sangat sulit bagi Hatshepsut karena orang Mesir pada masa itu memandang raja mereka sebagai putera dewa matahari Ammon atau Ra. Sedangkan Hatshepsut ialah seorang wanita. Tetapi ia mendapat sebuah akal dan menyebarkan sebuah cerita.

Ratu Hatshepsut berkata, dahulu dewa matahari itu datang berkunjung kepada ibunya. Ammon lalu meramalkan, ibunya itu akan melahirkan seorang anak perempuan. Anak itu akan setangkas dan seberani seorang laki-laki. Hatshepsut lalu meminta kepada rakyatnya agar jangan memandangnya sebagai seorang wanita.

Dalam tugu-tugu peringatan Hatshepsut selalu digambarkan sebagai seorang prajurit yang berjanggut dan gagah perkasa. Dalam tulisan-tulisan pada tugu-tugu peringatan itu ia menyebut dirinya “Putera Matahari dan Tuanku Mesir-hulu dan Mesir-hilir.”

Konon, apabila ia berhadapan dengan rakyatnya, maka ia berpakaian selayaknya laki-laki dan memakai janggut. Mesir Kuno dan Ratu Hatshepsut adalah sebuah pencapaian yang sangat luar biasa.

Karena pemerintahan Hatshepsut yang gilang gemilang orang Mesir mungkin melupakan bahwa ia sebenarnya adalah seorang wanita. Ia memerintah lebih baik dari raja-raja lelaki sebelumnya. Keamanan dalam negeri pun terjamin dengan baik. Saingan utamanya Thutmosis III, dibiarkannya tetap hidup.

Ratu Hatshepsutpun mengirimkan tentara ekspedisi ke Afrika Timur hingga para saudagar Mesir kini bisa mendapat barang-barang dagangan dan pangsa pasar baru hingga rakyat Mesir dapat menikmati hasil-hasil bumi dari daerah lain. Karnak adalah kota yang penuh dengan kuil. diperindah olehnya. Di tempat itu didirikan obelisk yang besar untuknya.

Di Der-el-Bakri juga didirikan sebuah kuil yang sangat indah untuknya. Bekas-bekasnya sampai saat ini masih bisa kita lihat. Dengan bangga ia meminta agar kata-katanya dituliskan dalam sebuah prasasti:

…Aku telah membangunkan kembali yang sudah dihancurkan dan memperbaiki yang sudah rusak

Buat dirinya sendiri ia pun minta dibuatkan sebuah kuburan rahasia di gunung-gunung pasir di sebelah barat Sungai Nil. Raja-raja yang menggantikannya kemudian berbuat demikian pula.

Kira-kira ada 60 buah kuburan para Raja yang dibuat di tempat itu. Kota mati ini, sering disebut sebagai “Lembah Raja” yang perlahan mulai menyaingi kota Thebes; tempat kediaman orang hidup.

Kota mati itu terletak di sebelah barat Thebes. Karena kuburan itu terletak di sebelah barat kota, “Pergi ke Barat” bagi orang Mesir waktu itu berarti telah meninggal.