almanak

Mata Kail Kuno Berumur 23.000 Tahun dari Jepang

Temuan mata kail kuno terbuat dari cangkang kerang yang berumur sekitar 23.000 tahun di gua Sakitari, di pulau Okinawa, diyakini mampu mengungkap perkembangan teknologi maritim dari yang diperkirakan sebelumnya.

PublishedOctober 5, 2016

byDgraft Outline

Beberapa pihak telah menyebut bahwa apa yang ditemukan di Okinawa ini sebagai mata kail tertua di dunia. Arkeolog telah memastikan bahwa kail yang ditemukan di sebuah gua di Pulau Okinawa–di lepas pantai Jepang– itu berusia sekitar 23.000 tahun.

Para peneliti seperti diwartakan theguardian.com (18/9) mengatakan bahwa mata kail yang mereka temukan terbuat dari cangkang kerang laut. Lokasi penemuannya sendiri yaitu di gua Sakitar.

Penelitian yang telah terbit secara berkala dalam jurnal PNAS sejak 2009 ini, memastikan bahwa temuan di Okinawa ini bisa menunjukkan perkembangan teknologi penangkapan ikan pada tahap awal.

Manusia diyakini telah bermigrasi ke lepas pantai Okinawa dan pulau-pulau di dekatnya sekitar 50.000 tahun yang lalu, namun banyak dari informasi tentang pola-pola adaptasi mereka untuk hidup terutama dalam bida teknologi maritim tidak banyak diketahui.

Peneliti kini bisa memperkirakan kegiatan tersebut dalam cakupan yang lebih luas daripada sebelumnya yang mereka kenal.

Diyakini sebelumnya, kekurangan bukti membuat mereka tidak bisa berkesimpulan lebih jauh tentang kehidupan dan teknologi maritim yang berkembang di Jepang.

Tapi penggalian gua Sakitari kini telah menemukan bukti yang melimpah; belut, katak, ikan, burung dan mamalia kecil, yang sengaja dibakar, kini bisa menunjukkan aktivitas dan kehidupan manusia di berbagai lapisan zaman.

Peneliti percaya temuan dari penggalian mereka itu menunjukkan bahwa pulau Okinawa hampir terus-menerus ditinggali sejak 35.000 tahun yang lalu.

Sejak 2009, para peneliti dari berbagai lembaga dan universitas di Jepang, telah melakukan “penggalian” arkeologi di tiga bidang gua Sakitari. Gua Sakitari di pantai selatan Okinawa itu juga dikenal karena kandungan struktur batu kapur.

Selain mata kail dan sisa-sisa hewan, peneliti juga menemukan sisa-sisa “budaya” manusia, seperti manik-manik kerang, dan grinda.

“Penemuan sisa-sisa kepiting yang dibakar juga signifikan”, kata para peneliti, “dalam hal ini memberikan bukti kebiasaan makan musiman”.

Ukuran dari sisa-sisa kepiting dapat menunjukkan ada yang ditangkap pada musim gugur ketika mereka lebih besar–saat bermigrasi ke hilir untuk reproduksi–yang “juga menjadi musim ketika mereka menjadi sangat lezat”.