almanak

Socrates: Riwayat Singkat Bapak Filsafat Barat

Socrates adalah seorang filsuf Yunani dan diagungkan sebagai salah satu tokoh penting dalam perkembangan peradaban Barat. Pada gilirannya tokoh yang diperkirakan hidup di tahun 470-399 SM (Sebelum Masehi) ini sering dianggap sebagai bapak filsafat.

PublishedJanuary 31, 2017

byDgraft Outline

The death of Socrates
Painted by François Xavier Fabre (1802)

Sukar untuk mencari tinggalan tulisan yang benar-benar ditulis langsung oleh Socrates. Beberapa pihak bahkan menyebut Ia tidak meninggalkan tulisan, sehingga pemikiran dan sepak terjangnya hanya bisa kita telusuri dari tulisan atau karya orang lain. Seperti tulisan muridnya, Plato, Xenophon dan dramawan Aristophanes.

Dari titik ini, ada kemungkinan bahwa Plato mungkin memberikan banyak beban pada Gurunya tersebut dengan membuatnya tampil sebagai “filsuf mulia”; seorang yang ideal, harus dihargai dan diikuti.

Subjektivitas memang sulit untuk dihindari, tapi bagaimana pun cerita hidup dan pemikiran Socrates tetap menjadi inspirasi besar bagi banyak orang.

Socrates dikisahkan menikahi Xanthippe dan mereka dikaruniai tiga anak. Terlepas dari karya dan pemikirannya, sesungguhnya belumlah jelas bagaimana Socrates mencari nafkah; beberapa kisah memberitahu kita bahwa ia sering mengumpulkan sekelompok pemuda yang berniat belajar kepadanya.

Banyak yang menyebutkan Ia memberi pengajaran melalui “diskusi”. Dia tidak mengklaim memiliki jawaban; ia hanya akan mengajukan pertanyaan kepada murid-muridnya, memaksa mereka untuk berpikir sendiri dan mempertanyakan keyakinan mereka sendiri.

Metode yang kini dianggap sebagai salah satu jalan dalam mendapat pencerahan; meragukan kebenaran dan mencari jawaban melalui jalur-diri.

Di satu sisi Ia rendah hati dan selalu menyadari keterbatasan pengetahuan; seperti ungkapannya yang cukup terkenal: “ …semua yang saya tahu adalah bahwa saya tidak tahu apa-apa ”.

Socrates pada masanya sudah digelari sebagai orang yang paling Bijaksana. Kendati Ia sendiri berpikir hal itu adalah sebuah paradoks, karena ia tidak tahu apa-apa.

Namun, akhirnya Socrates menyadari bahwa meskipun orang lain berpikir mereka tahu banyak – sebenarnya mereka tidak. Untuk itulah ia menegaskan benar dia adalah paling bijaksana–murni karena ia menyadari kebodohan sendiri.

“Saya lebih bijaksana dari orang ini, meskipun ia tahu apa-apa; sedangkan saya, karena saya tidak tahu apa-apa, maka, saya tampak lebih bijaksana daripada dia, karena saya tahu apa yang saya tidak tahu. ”


Selama hidup Socrates, keadaan Athena dirundung kekacauan politik akibat derita kekalahan memalukan dalam perang Peloponnesia. Hal yang konon menjadi buruk, karena nasionalisme dan loyalitas kepada negara Athena setiap warga kerap dipertanyakan.

Namun, Sang Filsuf malah merasa terdorong untuk menguji, dan memeriksa hal tersebut pada bangsanya sendiri. Dia juga tak segan-segan untuk mengkritik dan menguji konsep keadilan dan menghindari sudut pandang sektarian sempit.

Plato menulis bagaimana Tiran pada waktu itu berusaha untuk memperingatkan Socrates dalam pengadilan Leon dari Salamis– yang menentang Tiran. Namun Ia tidak ambil pusing. Pada satu titik, Socrates bahkan menyatakan:

Saya bukan seorang Athenian atau Yunani, tetapi warga dunia ”.

Sudut pandang politik, kritiknya, keteguhan pemikiran, dan “kesenangannya” untuk mengekspos “ketidaktahuan” orang lain lambat-laun menyeret Socrates untuk menciptakan musuh-musuh politik; posisinya diperparah dengan iklim saling curiga-mencurigai antar elit kala itu.

Socrates lantas ditangkap dan diadili. Ia dinyatakan bersalah karena ‘merusak pikiran pemuda Athena dan’ tindakan lainnya yang “tidak hormat”. Dia dengan tenang menerima setiap putusan, tidak mencoba menolak atau melarikan diri dari hukuman mati –menerima racun hemlock.

Plato melukiskan akhir hidup sang Filsuf dengan indah; sebagai gambaran dari kondisi sempurna manusia yang terlepas dari ketakutan akan kematian dan berkomitmen untuk kebenaran. Sesaat sebelum kematiannya, Sang Guru berkata:

Jam keberangkatan telah tiba, dan kita akan pergi dengan dengan cara ini–aku mati dan Anda hidup. Mana yang lebih baik, hanya Tuhan yang tahu ”.

Ada kemungkinan jika Socrates menolak tuduhan, dia bisa saja bebas; ia juga bisa mencoba untuk melarikan diri; tetapi sebagai seorang filsuf ia mungkin merasa lebih penting untuk tetap teguh pada keyakinannya.