humaniora

Supermassive Black Hole dan Angin Ultra-violet di Sekitarnya

Sebuah penelitian yang dipimpin oleh astrofisikawan dari York University baru-baru ini mengungkapkan keberadaan angin ultra-violet ‘tercepat’ yang berada di sekitar supermassive black hole.

PublishedMarch 23, 2016

byDgraft Outline

Supermassive Black Hole
Image by NASA/CXC/M.Weiss

“Angin yang kita bicarakan ini memiliki kecepatan hampir 20 persen dari kecepatan cahaya, yaitu lebih dari 200 juta km/jam. Itu setara dengan badai kategori 77,” kata Jesse Rogerson, pemimpin penelitian dari Departemen Fisika dan Astronomi York University.

Para astronom sebetulnya telah mengetahui tentang keberadaan angin ultra-cepat atau angin quasar ini sejak akhir 1960-an—setidaknya satu dari empat quasar yang teramati di alam semesta sudah diketahui sejak saat itu.

Quasar ( quasi-stellar radio sources ) adalah cakram gas panas yang terbentuk di sekitar supermassive black hole yang berada di pusat massif galaksi.

Quasar bisa berukuran lebih besar dari orbit bumi saat mengelilingi matahari dan bahkan bersuhu lebih panas dari permukaan matahari. Quasar juga menghasilkan cahaya yang bisa teramati.

“Lubang hitam (Black Hole) memiliki massa yang mencapai miliaran kali lebih besar dari matahari, itulah sebabnya mereka mampu menjadi pemakan materi apapun yang ada di dekatnya–menangkap materi yang bergerak terlalu dekat,” kata Professor Patrick Hall, yang menjadi penanggung jawab dalam penelitian ini.

“…beberapa dari materi itu memiliki pesona dari panas dan cahaya quasar. Inilah angin yang kita maksud,” jelasnya.

Dalam penelitian ini, Rogerson dan timnya menggunakan data dari Sloan Digital Sky Survey untuk mengidentifikasi arus baru yang keluar dari quasar. Setelah melihat sekitar 300 contoh, mereka kemudian memilih 100 sample untuk dieksplorasi lebih lanjut.

Data penelitian juga didapatkan dari hasil pengamatan dengan menggunakan teleskop kembar Gemini Observatory yang berlokasi di Hawaii dan Chile.

“Kami tidak hanya membahas tentang keberadaan angin ultra-cepat saja, kami juga menemukan angin baru dalam quasar yang sama, namun dengan kecepatan yang lebih lambat, yaitu 140 juta km/jam,” kata Hall.

“Kami berencana untuk tetap mengamati quasar ini untuk melihat apa yang terjadi selanjutnya”.

Selebihnya, penelitian yang diterbitkan senin kemarin (21/3) dalam Jurnal Bulanan Royal Astronomical Society ini bertujuan untuk mendalami pemahaman tentang arus yang keluar dari Angin Ultra-Cepat (quasar) dan mengapa hal itu terjadi.

“Angin quasar memiliki peran penting dalam pembentukan galaksi, berperan sebagai pelempar materi yang mencegah terbentuknya bintang. Jika angin tersebut tidak ada atau kurang kuat, kita akan melihat bintang-bintang yang jauh lebih banyak di galaksi,” pungkas Rogerson.