humaniora

Bulan Pernah Berotasi Pada Poros yang Berbeda

Dua studi baru mengungkapkan bahwa Bulan pernah berotasi pada sumbu yang berbeda sehingga penampakan dari citra Bulan sedikit berbeda dengan apa yang terlihat dari Bumi saat ini.

PublishedMarch 30, 2016

byDgraft Outline

moonearth
Image by PIRO4D

Temuan itu diungkapkan dalam dua studi—dengan tema yang hampir sama—yang dimuat dalam jurnal online Nature; nature.com (23/3).

Studi pertama ditulis oleh Ian Garrick-Bethell dari Departemen Bumi dan Ilmu Planet, University of California dengan judul ‘Planetary science: Signs of a wandering Moon’.

Studi kedua ditulis oleh sekelompok peneliti yang dipimin M. A. Siegler dari Planetary Science Institute, dengan judul ‘Lunar True Polar Wander Inferred from Polar Hydrogen’.

Dengan menggunakan data yang terkumpul dari misi Lunar Prospector NASA—di akhir 1990-an, para peneliti melihat wilayah lain yang kaya deposit hidrogen di dekat kutub Bulan; mengindikasikan keberadaan es.

Dr Siegler dan rekan-rekannya melakukan studi untuk mengukur hamburan neutron yang memantul dari permukaan Bulan oleh sinar kosmik yang masuk.

“Jika orientasi Bulan telah berubah, maka lokasi dari daerah gelap juga akan berubah,” tulis para peneliti.

Bidang yang memiliki es itu saling berjauhan—garis di antara mereka melewati area tengah Bulan—sehingga tampak bahwa itu pernah digunakan untuk menjadi poros berputar.

Hal ini lebih jauh menunjukan telah terjadinya gerakan pindah-bertahap atau “pergeseran kutub”; diperkirakan bergeser hingga sekitar enam derajat secara menyeluruh.

Sebuah penjelasan yang mungkin untuk pergeseran ini, para peneliti mengemukakan, hal itu disebabkan aktivitas gunung berapi di wilayah yang disebut Procellarum dan berlangsung selama beberapa miliar tahun.

“Pergeseran ini mungkin terjadi selama tiga miliar tahun yang lalu,” tim mengatakan, “dan ini berarti Bulan menunjukkan wajah yang sama sekali berbeda”.

“Secara geologi, wilayah Procellarum paling aktif di awal sejarah Bulan… Secara keseluruhan, Bulan bergeser sekitar enam derajat lebih dari satu miliar tahun,” ungkap laporan itu.

Sinyal hidrogen yang memperlihatkan dua wilayah es yang berbeda itu awalnya diambil dalam usaha untuk mencari keberadaan air di Bulan.

Mengapa bagian-bagian es itu tetap bertahan di wilayah tersebut—yang sekarang telah menyimpang jauh dari kutub dan sinar matahari—masih menjadi sebuah misteri.

Para peneliti berpendapat hal itu mungkin telah terkubur oleh dampak asteroid, tetapi mereka menyarankan perlunya penyelidikan lebih lanjut.

Seperti yang Ian Garrick-Bethell katakan: “Temuan ini [seharusnya] dapat membuka pintu untuk menyelami evolusi kenampakan Bulan, serta asal-usul air di Bulan dan Bumi pada masa awal pembentukannya”.