Masa Neolitik merupakan surga bagi para pengrajin, alat-alat dan tingkat kehidupan telah jauh lebih maju jika dibandingkan dengan zaman sebelumnya; paleolitikum.
Zaman ini jika dilihat dari pembagian periode menurut keadaan sosial-ekonomi ditandai oleh masa bercocok tanam (12.000 SM). Namun, Yang sangat menonjol pada zaman neolitik selain pertanian adalah teknologinya yang dianggap telah jauh lebih baik dari zaman sebelumnya.

Untuk kapan akhir masa Neolitik umumnya berbeda di tiap wilayah. Beberapa ahli berpendapat Masa Neolitik berlangsung dari 12.000 SM sampai 4.500 SM, ada juga yang mengemukakan bahwa akhir masa Neolitik jauh sampai 1.000SM
Pada masa neolitik kehidupan sosial-ekonomi bisa dikatakan merupakan transisi akhir menuju masa sejarah dan teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Kapak lonjong ini dikatakan jauh lebih maju apabila dibandingkan dengan kapak yang dihasilkan kebudayaan sebelumnya; kapak perimbas, kapak genggam dan lain-lain.
Dinamakan kapak lonjong karena kapak ini berbentuk lonjong dengan pangkal yang juga kadang lonjong dan penampangnya hampir berbentuk bulat.
Kapak jenis ini juga disebut polished axe karena hampir seluruh bagian kapaknya telah dihaluskan dengan sangat baik. Selain itu, bagian tajaman kapak sepertinya diasah dari berbagai arah sehingga memperlihatkan bentuk tajaman yang simetris.
Pada beberapa kasus tertentu, bagian tajamannya memperlihatkan bentuk yang melebar.Di sinilah letak bedanya dengan kapak persegi yang umumnya tidak memiliki tajaman simetris (setangkup).
Beberapa ahli menyebutkan bahwa tradisi kapak lonjong lebih tua dibandingkan dengan tradisi kapak persegi atau beliung persegi.
T. Harrison dari hasil ekskavasi dan penelitiannya yang dilakukan di Gua Niah, Serawak, berdasarkan uji kabron ( C-14) didapati penanggalan kapak lonjong dalam lapisan tanah yang berumur kurang lebih 8.000 BP (6.000 Sebelum Masehi).
Jenis, Bahan dan Pembuatan
Perkembangan dalam pembuatan alat-alat batu mengalami perubahan dari satu zaman ke zaman berikutnya. Tidak terkecuali dengan bahan baku yang digunakan untuk membuat alat-alat tersebut. Pada zaman prasejarah, batuan yang dipakai untuk membuat kapak lonjong umumnya merupakan batuan kali yang berwarna hitam pekat. Jenis batuan lain yang juga digunakan adalah nefrit.
Nefrit: (Geo); batu mulia yang bening atau buram, ada yang hijau muda, hijau tua, atau cokelat; batu giok
Membuat kapak membutuhkan tangan-tangan kreatif yang terlatih. Pemilihan batu merupakan hal penting. Bahan baku dapat diperoleh melalui penyerpihan dari batu inti besar atau bisa bahan baku itu langsung dari batuan yang sudah tersedia dengan bentuk yang hampir sesuai dengan keinginan.

Bahan batu itu kemudian diupam halus dan permukaan batunya juga diratakan melalui teknik pukulan beruntun.
Selain ditemukan kapak yang memiliki ukuran besar yang seperti pada umumnya sebagai alat (perkakas), juga ditemukan kapak dengan ukuran kecil, bahkan bukan hanya kecil tapi sangat kecil jika dikategorikan sebagai perkakas keseharian.
Diduga benda itu sebagai batu yang memiliki nilai “magis” atau benda yang dijadikan pusaka yang berhubungan dengan sistem kepercayaan.
Jika pada masa sebelumnya (paleolitik) alat batu tidak memiliki atau tidak menggunakan tangkai; digenggam ketika hendak digunakan. Lain halnya pada masa neolitik, alat-alat batu itu secara umum dipasang tangkai yang diikatkan pada kapak batu mereka. Pemasangan tangkai memudahkan saat penggunaan di samping faktor kenyamanannya.
Teknik memasang tangkai juga beragam. Pada jenis kapak lonjong umumnya alat batu ini dimasukkan ke dalam lubang pada tangkai yang telah disiapkan sebelumnya. Ada juga teknik pemasangan tangkai dengan mengikat kapak pada tangkainya.
Tangkai atau gagang kemungkinan terbuat dari kayu. Selain mudah dalam proses pembuatan-nya, kayu juga merupakan bahan yang mudah didapatkan dan cukup kuat.

Persebaran Kapak Lonjong
Penemuan kapak lonjong di Indonesia, paling banyak ditemukan di wilayah Indonesia bagian timur, yaitu Flores, Leh, Maluku, Papua, Sangihe Talaud, Sulawesi, dan Tanimbar. Dari tempat-tempat tersebut, baru sedikit informasi yang bisa diperoleh, terutama informasi dari penggalian arkeologi.
Kapak tipe ini masih dibuat di beberapa kebudayaan salah satunya di wilayah-wilayah pedalaman Papua, sehingga kita mungkin bisa mengira-ngira fungsi dan juga bagaimana cara penggunaan-nya.
Tidaklah mustahil temuan-temuan di beberapa tempat lainnya di Indonesia merupakan hasil pengaruh dari budaya Papua yang telah tersebar luas.

Akan tetapi, perlu juga diingat bahwa dugaan-dugaan mengenai fungsi kapak lonjong pada masa prasejarah itu tidak sepenuhnya bisa disamakan dengan kapak lonjong yang masih digunakan sekarang.
Pembuktian arkeologi dari hasil ekskavasi tetap merupakan hal pokok dalam mengungkap kehidupan pada masa prasejarah yang mendukung budaya kapak lonjong.
Di luar wilayah Indonesia, kapak lonjong ditemukan tersebar meliputi Cina, Filipina, India, Jepang, Manchuria, Myanmar, dan juga di Taiwan. Di India kapak ini sering dihubungkan dengan budaya orang-orang Dravida.
Selain itu Kapak tipe ini juga ditemukan di Kepulauan Mikronesia dan wilayah kepulauan Melanesia. Mikronesia: adalah sebuah kepulauan yang terletak di Samudera Pasifik. Terletak di timur laut Indonesia. Melanesia: adalah sebuah wilayah yang memanjang dari Pasifik barat hingga ke Laut Arafura, utara dan timur laut wilayah Australia.
Berdasarkan tempat-tempat penemuan tersebut, diduga bahwa jalan persebaran dari kebudayaan kapak lonjong melintasi bagian utara dan timur Indonesia. Tidak mengherankan jika wilayah Timur Indonesia lah yang banyak ditemukan budaya kapak lonjong ini.
Di Jepang dan juga Cina, budaya kapak lonjong menunjukkan telah berkembang pada masa bercocok tanam tingkat awal, sedangkan data penanggalan dari pedalaman Papua New Guinea, di wilayah Kafiavana, memberi petunjuk waktu yang mencapai 10.000 BP (8.000 Sebelum Masehi).