almanak

Mata Hari Margaretha; Menari Jawa Asal Belanda

Mata Hari Margaretha adalah seorang penari dari Belanda yang mendapatkan banyak ketenaran di Perancis. Ia belajar tari dan tarian Tradisional di Indonesia.

PublishedJanuary 31, 2017

byDgraft Outline

Wanita yang bernama asli Margaretha Geertruida Zelle ini naasnya harus meregang nyawa atas tuduhan spionase dengan bukti kebenarannya yang hingga saat ini masih jadi pertanyaan.

lahir 7 Agustus 1876 di Leeuwarden, Belanda. Namanya saat lahir adalah Margaretha Geertruida Zelle. Sampai usia 13 ia menjalani gaya hidup yang nyaman, menghadiri sekolah swasta elit dibayar oleh ayahnya, dan tidak ada tanda-tanda mapaletaka. Namun, pada tahun 1889, ayahnya bangkrut dan orang tuanya segera bercerai.

Ketika ia berusia 18, dia “menjawab iklan koran” dari perwira Belanda tampan yang tinggal di Jawa, Hindia Timur.

Masa itu cukup umum untuk mereka warga Belanda yang tinggal di koloni-koloni nan jauh, mencari istri dengan memasang iklan di koran-koran yang kemudian diterbitkan di negaranya sendiri.

Margaretha pindah ke Jawa, ia memiliki dua anak. Namun, pernikahan itu tidak seperti dugannya. Rudolph Macleod, suaminya, adalah pecandu alkohol kronis.

Margareth sering menjadi bulan-bulanan kekerasan hingga disalahkan untuk banyak hal yang ia tak perlu tahu apa alasannya. Mereka akhirnya bercerai pada tahun 1902, tak lama setelah kematian tragis putra mereka.

Di lain waktu, Margaretha juga bukan “tanpa cacat”, ia pun merasa kesulitan dalam perannya sebagai ibu rumah tangga. Dia mengakui “Saya tidak puas di rumah … Saya ingin hidup seperti kupu-kupu yang berwarna-warni di bawah sinar matahari.”

Selama waktunya di Hindia Belanda Margaretha memanfaatkan kesempatan untuk belajar tentang tarian hingga tarian tradisional setempat.


Margaretha pindah ke Paris pada tahun 1903, ia memperoleh pekerjaan di sebuah sirkus keliling sebelum pindah profesi sebagai penari dan menemukan apa yang ia mungkin cari.

Dengan latar belakang pernah tinggal di Hindia dia mengklaim dirinya sebagai Putri Jawa. Untuk menambah daya tarik, ia pun mengambil nama Mata Hari sebagai nama panggungnya.

Salah satu penulis biografinya, Pat Shipman menulis tentang Mata Hari sebagai penari “gemulai, gayanya anggun bergerak, matanya yang gelap, dan rambut indahnya adalah pesan sensualitas untuk setiap laki-laki di hadapannya.”

Dia segera menjadi terkenal karena “perilaku genit” dan sensual dalam setiap aksi panggungnya. Di sisi lain, ia dinilai membantu mengantarkan era baru tari modern yang mengambil inspirasi dari Timur, dengan memperkenalkan dan menampilkannya di Barat.

Dengan tarian yang berasal dari tradisi tari Timur, Mata Hari Margaretha membantu mengangkat tarian eksotis yang tak dikenal untuk latar belakang lebih terhormat.

Namun, tidak semuanya sepakat, Ia juga dikritik oleh orang lain untuk erotisme murah yang bersembunyi dibalik pakaian budaya.

Setiap laki-laki jatuh hati. Mata Hari adalah selebriti yang pada gilirannya memiliki beberapa hubungan dengan laki-laki yang berpengaruh di seluruh negeri. Konon, termasuk Frederick William Ernest, putra mahkota Jerman, pengusaha kaya dan perwira militer tinggi Prancis.


Pecahnya Perang Dunia Pertama menempatkannya dalam posisi yang unik dan sulit. Suatu waktu ia pernah terhempas hingga ke Jerman tanpa uang sepeserpun.

Tapi, dengan “keahlian-nya”, dia bisa mendapatkan uang yang cukup untuk kembali berpelesir ke mana suka.

Dengan kebangsaan Belandanya–Belanda saat itu masih netral dalam perang–dia mampu melintasi batas-batas negara yang berbeda. Dari Jerman ke Perancis, kadang singgah di Inggris atau Spanyol.

Pada satu kesempatan ke Inggris, ia mengaku sebagai mata-mata untuk Perancis. Namun, Prancis tidak pernah membenarkan atau membantah ini. Beberapa pihak menyatakan hal itu sebagai akal-akalan Mata Hari agar diperlakukan “spesial”.

Pada bulan Januari 1917, Perancis menyadap pesan berkode dari Jerman yang mengatakan mereka telah mendapatkan banyak informasi yang berguna dari kode mata-mata Jerman bernama H-21. Dari informasi ini, kecurigaan jatuh pada Mata Hari dan dia pun ditangkap.

Entah mana yang benar. Tapi di tengah bukti yang lemah, Mata Hari pun harus rela diadili atas tuduhan mata-mata. Setelah sidang usai, ia dieksekusi oleh regu tembak pada 15 Oktober 1917.

Dua belas tentara berada di regu tembak. Setelah perintah untuk menembak, dia jatuh berlutut, seorang perwira kemudian menembaki-nya di kepala dengan pistol untuk memastikan dia sudah mati.

Eksekusi dan kematiannya telah menjadi sumber dari banyak spekulasi. Bahkan, perjalanan hidup Mata Hari Margaretha Geertruida Zelle telah menjadi subyek dari banyak kisah dan cerita yang berbeda.

Beberapa cenderung memperindah pada rincian tertentu, beberapa menganggapnya sebagai tokoh menarik ketika membahas era perang dunia dari sudut pandang berbeda.