etnografi

Suku Bentong, Sulawesi Selatan

Suku Bentong merupakan suku yang berdiam di desa Bulo-Bulo, Kecamatan Pujananting, Kabupatn Barru, Sulawesi Selatan. Populasi suku ini diperkirakan mencapai 25.000 jiwa, yang mana mayoritas memeluk agama Islam.

PublishedJuly 15, 2014

byDgraft Outline

Satu teori menyebutkan, istilah Bentong sendiri dialamatkan pada suku tersebut lantaran mereka berkomunikasi antar sesamanya dengan menggunakan bahasa berbeda dengan bahasa yang dipetuturkan oleh masyarakat Barru, yang didominasi komunitas Bugis.

Masyarakat Bentong menggunakan perpaduan beberapa bahasa daerah yang ada di wilayah Sulawesi selatan, yakni Bugis, Konjo, Makassar, dan Mandar. Bentong sendiri dalam bahasa Indonesia secara sederhana dapat dimaknai sebagai “cadel”.

Mata pencaharian utama suku Bentong adalah bercocok tanam. Sehari-hari, suku ini berkomunikasi dalam bahasa Bentong.

Dalam bahasa Bentong, dijumpai banyak kesamaan atau kemiripan dengan bahasa-bahasa lain di Sulawesi Selatan, seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

Suku Bentong membuat pemukiman yang cukup jauh dari kelompok masyarakat lain. Mereka juga suka berkelana di hutan-hutan, berburu dan memanfaatkan hasil hutan apa saja yang berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Pada zaman dulu, suku Bentong menerapkan hidup nomaden, yang gemar mencari pemukiman baru. Mereka biasanya akan berpindah-pindah sambil membuka lahan atau ladang yang sekaligus juga membuka pemukiman sembari mengolah tanaman di ladang mereka.

Mereka biasanya akan membuka lahan untuk dijadikan ladang di dekat hutan yang berada di sekitar perkampungan tempat tinggal mereka. Mereka juga menanam padi, jagung, kacang-kacangan, dan beberapa jenis sayur-sayuran, serta buah-buahan.

Mereka juga membudidayakan tanaman keras, seperti kelapa. Selain itu, mereka juga kadang kala melakukan perburuan ke dalam hutan untuk mencari binatang, dan sebagian lainnya ada yang memilih menjadi nelayan

Ada sejumlah versi yang mencoba menjelaskan tentang asal-usul suku Bentong. Menurut penuturan suku Bentong sendiri, mereka dahulunya adalah keturunan putra Raja Bone yang menikah dengan putri Raja Ternate.

Sementara menurut orang Bugis, suku Bentong adalah keturunan campur dari orang Bugis dan Makassar. Sebagai bukti, adat dan budaya suku Bentong memiliki banyak kemiripan dengan adat dan budaya suku Bugis dan suku Makassar.

Suku Bentong, mayoritas adalah pemeluk agama Islam. Budaya Islam terlihat dalam setiap tradisi acara adat mereka. Pada masa dahulu, sebelum mereka memeluk Islam, suku Bentong menjalani kepercayaan leluhur mereka. Sebuah sistem kepercayaan yang memuja dan menghormati arajang, roh nenek moyang.

Mereka juga menjaga benda-benda yang ditinggalkan oleh para leluhur mereka, seperti keris, payung, perisai, tombak, dan lain-lain. Benda-benda tersebut terkadang dikeluarkan untuk dibersihkan dan digunakan pada saat pelantikan raja, perkawinan, bencana alam, dan peristiwa-peristiwa lain yang dianggap penting.Mereka percaya bahwa merawat benda peninggalan leluhur akan mendatangkan keselamatan dan harus senantiasa dilakukan untuk menghindari kutukan.