humaniora

Mimpi Buruk dan Hubungannya dengan Perilaku Bunuh Diri

Sebuah studi baru yang dilansir oleh neurosciencenews.com (17/3) menyatakan adanya hubungan signifikan antara mimpi buruk dan perilaku bunuh diri yang mempengaruhi kejiwaan; merasa kalah, terkurung, dan keputus-asaan.

PublishedMarch 24, 2016

byDgraft Outline

Hasil studi itu diterbitkan dalam Journal of Clinical Sleep Medicine pada tanggal 15 Maret 2016. Data untuk penelitian tersebut dikumpulkan dari 91 peserta yang tengah mengalami peristiwa traumatis.

51 partisipan di antaranya bahkan memenuhi kriteria gangguan stres pascatrauma atau PTSD ( Post-Traumatic Stress Disorde ) dan 24 partisipan baru diagnosis mengalami PTSD.

Mimpi selanjutnya diukur dengan menjumlahkan peringkat frekuensi dan intensitas yang relevan pada skala PTSD. Selain itu, peserta juga diminta untuk menjawab kuesioner tentang perilaku bunuh diri.

Mengingat adanya interaksi antara insomnia, PTSD, dan bunuh diri, insomnia dimasukkan sebagai kovariat (variabel penguat). Analisis juga dilakukan dengan dan tanpa komorbiditas depresi.

Perilaku bunuh diri—termasuk rencana dan upayanya—dilaporkan oleh 62 persen partisipan yang pernah mengalami mimpi buruk dan hanya 20 persen kecenderungan itu dilaporkan oleh mereka yang tidak mengalami mimpi buruk.

Studi ini juga menunjukkan bahwa mimpi yang tidak diinginkan dapat bertindak sebagai pemicu stress pada orang yang mengalami gangguan PTSD.

“PTSD meningkatkan risiko pikiran dan perilaku bunuh diri, dan penelitian kami menunjukkan bahwa mimpi buruk, adalah ciri khas gejala PTSD,” kata peneliti utama, Donna L. Littlewood

“Untuk mengurangi risiko bunuh diri, temuan ini mungkin dapat menjadi target penting untuk pengobatan,” tambah Littlewood yang juga merupakan PhD, peneliti di Ilmu Kedokteran dan Manusia, University of Manchester.

“Studi ini lebih lanjut menekankan pentingnya penilaian khusus dan menargetkan mimpi buruk pada orang-orang yang mengalami PTSD, ” tulis peneliti dalam laporannya.

“Selain itu, pemantauan tingkat penilaian kognitif negatif seperti kekalahan, perasaan terkurung, dan keputus-asaan, dapat mengurangi pikiran dan perilaku bunuh diri”.

Gangguan dari mimpi buruk biasanya akan terjadi ketika hal tersebut berulang. Itu akan menyebabkan trauma atau penurunan fungsi sosial dan bahkan memengaruhi dalam pekerjaan.

“Mimpi buruk dalam waktu tiga bulan menyebabkan trauma yang hadir pada 80 persen pasien dengan kasus PTSD dan mimpi buruk pasca-trauma bahkan dapat bertahan sepanjang hidup,” ungkap laporan itu.

Penelitian ini dilakukan di bawah pengawasan Simon D. Kyle, PhD dari Sleep and Circadian Neuroscience Institute, University of Oxford. Dalam laporan itu mereka juga menyarankan agar studi tambahan dilakukan, terutama untuk mengidentifikasi hubungan antara mimpi yang mengganggu kejiwaan dan bunuh diri yang lebih mendasar.

Studi yang hampir sama pernah dilakukan oleh The American Academy of Sleep Medicine. Dalam laporannya mereka menekankan bahwa mimpi yang seolah ‘nyata’, realistis dan mengganggu, mampu menjadi ancaman hidup dan membangkitkan emosi negatif; cemas, takut, hingga teror.