humaniora

Reunifikasi Korea; Reuni yang selalu Penuh Haru

Bagi siapapun, kisah Reunifikasi Korea dengan segala perjuangan warganya, menghadirkan pandangan bahwa Perang adalah ide buruk dan akhir dari perang selalu menjadi hal yang paling buruk.

PublishedMarch 29, 2016

byDgraft Outline

Jutaan keluarga di Korea mengalami akhir perang yang buruk. Untuk banyak alasan, warga biasa dilarang mengunjungi kerabat di sisi lain perbatasan. Orang-orang Korea Utara dan Korea Selatan bahkan dilarang bertukar surat, melakukan panggilan telepon dan email tanpa izin dari pemerintah.

Mereka hanya diizinkan bertemu dalam sebuah acara Reuni (Reunifikasi Korea) yang diselenggarakan kedua pemerintah, itupun dengan prosedur yang panjang, dan sangat tergantung pada hiruk-pikuk politik.

Reuni keluarga Korea mungkin berfungsi sebagai pengingat bahwa Semenanjung Korea masih dalam keadaan perang setelah 1950-1953. Pertempuran yang berlangsung lebih dari setengah abad silam itu nyatanya berakhir dengan gencatan senjata—dan bukan perjanjian damai.

Reuni kedua korea ini benar-benar diselenggarakan secara sporadis sejak tahun 1988, tergantung hubungan politik dan isu yang berkembang. Bagi banyak orang Korea, reuni akan menjadi satu-satunya kesempatan untuk melihat anggota keluarga mereka yang terpisah.

Utara dan Selatan sepakat pada bulan Agustus tahun lalu untuk melanjutkan program reunifikasi di tengah peningkatan ketegangan antara kedua negara di Semenanjung Korea itu.

Pada bulan Oktober 2015 kemarin, acara ini kembali digelar. Hampir 390 warga Korea Selatan melakukan perjalanan ke resor Gunung Berlian di Korea Utara untuk menemui anggota keluarga mereka.

Setelah puluhan tahun terpisah, kini mereka memiliki tiga hari yang berharga untuk menghabiskan waktu bersama sebelum kembali ke rumah, hanya tiga hari, hanya tiga hari!

Korea Selatan dikabarkan menggunakan sistem undian acak untuk memilih peserta yang akan datang ke acara reunifikasi, sementara Korea Utara dilaporkan memilih berdasarkan loyalitas kepada negara dan pimpinan.

Hampir kebanyakan yang mendaftar untuk reuni adalah mereka yang sudah renta dan putus asa. Bagaimanapun mereka ingin melihat orang yang mereka cintai sebelum benar-benar terlambat.

Butuh sekedar keberuntungan untuk bisa terpilih. Selain itu, tak satu pun dari peserta yang pernah diundang ke acara reunifikasi akan mendapatkan kesempatan reuni kedua.