Istilah Big Bang kerap dianalogikan sebagai sebuah ledakan besar atau dentuman besar yang diperkirakan terjadi pada 13.8 Milyar tahun yang lalu. Tapi sebaiknya “istilah” Big Bang ini, akan jauh lebih bijak jika terlebih dahulu dimaknai sebagai sebuah teori, sebuah upaya untuk menjelaskan apa yang terjadi pada masa-masa awal alam semesta.
Pembahasan tentang bagaimana alam semesta ini ada, kerap menjadi perdebatan abadi antara teologi dan ilmu pasti. Kosmogini seharusnya bisa menjembatani perdebatan ini–sebagai area di mana ilmu pengetahuan dan teologi bertemu.
Butuh tempat untuk mencari kebenaran di luar ‘ranah ilmu pasti’ karena penciptaan ini adalah peristiwa “luar biasa”. Pemikiran seperti itu lebih jauh kerap menimbulkan pertanyaan, Apakah ada hal lain di luar wilayah “kejadian alami”? Secara khusus, apakah ada “Arsitek” utama di luar sana?
Alam semesta ini memiliki awal dan itu hal yang tak terbantahkan. Apakah Tuhan penyebabnya? Sebelum lebih jauh, dapat dipastikan, Saya tidak akan mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam artikel ini.
Big Bang, Sebuah Teori
Bagaimana pun, teori kadang kala dirasa tidak berpijak pada kenyataan yang sebenarnya jika pembuktiannya minim. Tetapi, kita juga harus menyadari bahwa sebuah teori dapat, bisa, dan mampu membuka jalan, setidaknya jalan untuk mendekati kebenaran.
Penemuan dalam ilmu Astronomi dan Fisika telah menunjukan, tanpa keraguan, bahwa alam semesta kita memiliki awal; dari sebelumnya tidak ada, menjadi ada. Big Bang ini merupakan salah satu dari berbagai kemungkinan yang dapat menjelaskan bagaimana alam semesta kita menjadi ada.
Alam semesta kita ini diperkirakan telah dimulai sebagai sesuatu yang sangat kecil tapi merupakan inti, luar biasa panasnya, dan luar biasa padatnya dari apa pun yang bisa dibayangkan. Dari mana asalnya inti kecil itu? Saya tidak tahu. Mengapa inti itu muncul? Saya belum menemukan jawabannya.
Setelah kemunculannya tersebut, inti ini tampaknya terus meningkat, menggelembung, semakin panas seraya terus meluas, kemudian menjadi dingin. Energi berubah menjadi partikel materi dan antimateri.
Partikel yang lebih stabil, proton dan neutron mulai terbentuk kemudian membentuk hidrogen dan helium inti lalu inti atom menangkap elektron dan membentuk atom. Itu adalah penjelasan umum dari teori Big Bang.
Menurut teori Big Bang itu, alam semesta kita telah menjadi ada sebagai bagian dari “singularitas”—sebuah zona yang menantang untuk terus dibuktikan. Singularitas ini diperkirakan memiliki tekanan gravitasi yang tak terhingga.
Tekanannya diaggap begitu kuat dan materi yang terbatas mungkin saja “tertelan” ke dalam kepadatan yang tak terbatas. Zona kepadatan yang tak terbatas ini yang disebut Singularitas.
Singularitas bukan bola api kecil yang muncul di suatu tempat di ruang angkasa. Akan tetapi, menurut banyak ahli, ruang justru belum ada sebelum Big Bang. Singularitas tidak muncul dalam ruang, justru ruang mulai dalam singularitas.
Sebelum singularitas, tidak ada apa-apa, tidak ada ruang, waktu, materi, atau energi. Jadi di mana dan di dalam apa singularitas ini muncul jika tidak di dalam ruang? Saya tidak tahu.
Teori Big Bang secara sederhana berbicara tentang alam semesta yang dimulai dari singularitas kecil, kemudian ‘mengembang’ selama 13,8 miliar tahun berikutnya, menjadi kosmos.
Ruang belum ada sebelum Big Bang dan Singularitas tidak muncul dalam ruang; justru ruang mulai dalam singularitas. Sebelum singularitas, sama sekali tidak ada apa-apa; tidak ada ruang, waktu, materi, atau energi.
Teori ini lebih lanjut berbicara tentang alam semesta yang diperkirakan bermula sebagai sesuatu yang sangat kecil, meski kecil itu merupakan inti. Luar biasa panasnya, dan luar biasa padatnya.
Inti itu terus menggelembung, semakin panas seraya terus meluas, kemudian menjadi dingin. Energi kemudian berubah menjadi partikel materi dan antimateri.
Partikel yang lebih stabil, proton dan neutron mulai terbentuk kemudian membentuk hidrogen dan helium inti, lalu inti atom menangkap elektron dan membentuk atom.
Tentang “Kelahiran” Cahaya
Menurut NASA, pada detik pertama setelah alam semesta dimulai, suhu sekitarnya diperkirakan sekitar 10 miliar derajat Fahrenheit (5,5 miliar Celsius). Kosmos hanya berisi susunan partikel fundamental seperti neutron, elektron dan proton yang kemudian terurai atau bergabung.
Proses tersebut tidak mungkin terlihat karena cahaya belum ada. Seiring waktu, elektron bebas bertemu dengan inti dan menciptakan atom netral. Hal ini memungkinkan cahaya bersinar sekitar 380.000 tahun setelah Big Bang.
Cahaya awal dari Big Bang itu dikenal sebagai gelombang mikro kosmik; cosmic microwave background (CMB). Sebagian menjulukinya “afterglow”—istilah untuk menyebut cahaya yang tersisa di langit setelah matahari terbenam.
CMB pertama kali diprediksi oleh Ralph Alpher dan ilmuwan lain pada tahun 1948. Teori Big Bang mengatakan bahwa CMB sebagian besar sama, tidak peduli di mana Anda melihat.
Meneliti CMB juga memberikan astronom petunjuk tentang komposisi alam semesta. Para peneliti berpikir sebagian besar kosmos terdiri dari materi dan energi yang tidak dapat “dirasakan” dengan instrumen konvensional.
Sebagai catatan, hanya 5 persen dari alam semesta terdiri dari materi seperti planet, bintang dan galaksi. Sisanya, mengarah ke materi dan energi yang gelap; dalam arti sesungguhnya dan dalam arti yang masih menjadi misteri.
Kemungkinan-kemungkinan
Sementara astronom mulai bisa memprediksi awal alam semesta, mereka juga telah mencoba untuk memecahkan bukti inflasi yang cepat.”).Teori mengatakan bahwa di detik pertama setelah alam semesta lahir, kosmos kita menggelembung lebih cepat dari kecepatan cahaya.
Alam semesta meluas-mengembang semakin cepat. Ini berarti bahwa dengan waktu, tak seorang pun akan dapat melihat galaksi lain dari Bumi, atau sudut pandang lain dalam galaksi kita.
“Kami akan melihat galaksi-galaksi bergerak menjauh, tetapi kecepatan itu meningkat seiring waktu,” kata astronom dari Harvard University, Avi Loeb.
“Jadi, jika Anda menunggu cukup lama, akhirnya, sebuah galaksi yang jauh akan mencapai kecepatan cahaya. Itu artinya cahaya tidak akan mampu lagi menjembatani kesenjangan antara galaksi”.
Beberapa fisikawan juga percaya bahwa alam semesta kita ini hanyalah salah satu dari banyak semesta. Dalam model “multiverse”, alam semesta yang berbeda itu ‘hidup’ berdampingan satu sama lain, bergelembung berdampingan.
Sementara kita dapat memahami bagaimana alam semesta ini terbentuk, Big Bang yang kita bicarakan ini mungkin bukan periode inflasi pertama yang dialami alam semesta.
Beberapa ilmuwan percaya kita hidup dalam kosmos yang melewati siklus teratur inflasi dan deflasi, dan kita hanya kebetulan tinggal di salah satu fase ini.
Kesalahan Umum Tentang Teori Big Bang
Sedikitnya ada dua kesalahan umum dalam memahami teori Big Bang. Pertama, Big Bang sering dianggap sebagai teori awal terbentuknya tata surya dan atau planet, padahal Big Bang adalah teori yang berbicara lebih luas lagi yaitu saat semuanya (jagat raya) bermula; Kedua, Big Bang dianggap ledakan.
Kesalahpahaman yang sering terjadi adalah kita membayangkan adanya ledakan raksasa. Namun para ahli menyimpulkan bahwa “tidak ada ledakan” saat alam semesta ini ada hingga menjadi.
‘Ledakan Dahsyat’ sebagai pengganti istilah Big Bang bisa menjadi rancu. Dari pada membayangkan sebuah balon yang meletus dan menghamburkan isinya, para peneliti lebih ingin anda membayangkan sebuah balon yang mengembang; sebuah balon yang awalnya sangat kecil kemudian menjadi sangat besar, dan terus membesar.
Kesalahpahaman lainnya adalah ada anggapan jika teori Big Bang merupakan teori pembentukan galaksi dan atau teori pembentukan tata surya di mana bumi, planet yang kita tinggali ada di dalamnya.
Kiranya perlu dimengerti bahwa teori Big Bang justru berbicara lebih jauh lagi, benar-benar ketika semuanya menjadi ada; “awal kelahiran” alam semesta (Universe) pertama kalinya.
Teori Pembentukan Galaksi yang cukup terkenal adalah teori pembentukan struktur, sebagai akibat dari fluktuasi kuantum kecil setelah Big Bang. Sedangkan teori asal usul tata surya yang diterima secara luas adalah Hipotesis Nebula dan Planetisimal. Hipotesis Nebula ini pada perkembangannya kerap dianggap dapat menjelaskan pembentukan alam semesta.
***
Tidak ada yang menyaksikan saat alam semesta ini bermula, karenanya banyak dari apa yang kita mengerti tentang teori Big Bang berasal dari pendekatan model dan ilmu-ilmu pasti lainnya.
Big Bang bagaimanapun ‘hanya’ sebuah ‘Teori’, artinya, itu bahkan bukan satu-satunya cara dan penjelasan yang ditawarkan untuk memahami dan mengerti bagaimana penciptaan jagat raya ini.
Tapi untuk sekarang, teori ini dianggap salah satu teori yang mampu memberikan penjelasan paling komprehensif karena didukung oleh metode dan bukti ilmiah.