traveldraft

Candi Tikus, Petirtaan Kerajaan Majapahit

Para peneliti mengaitkan keberadaan Candi Tikus dengan simbolisasi Mahameru dan sumber mata air suci, simbolisasi air yang keluar dari gunung, serta erat kaitannya dengan sistem kepercayaan masyarakat pada masanya.

PublishedSeptember 2, 2009

byDgraft Outline

Candi Tikus adalah sebuah pemandian suci (petirtaan) berbentuk persegi empat, terdiri dari batur dengan menara-menara berbentuk miniatur candi di atasnya dan kolam yang mengelilingi batur.

Batur tersebut bertingkat dua, menempel pada dinding sisi selatan kolam dan pada masing-masing tingkat terdapat empat menara. Pada saat sekarang sebagian menara sudah runtuh tinggal bagian kakinya saja bahkan ada yang telah hilang sama sekali. Menara yang masih utuh hanyalah menara tengah pada batur pada batur kedua sisi utara.

Dengan demikian di atas batur terdapat depalan)menara yang mengelilingi menara tengah sebagai menara puncak. Di sekeliling dinding batur terdapat terdapat pancuran air atau jaladwara terbuat dari batu andesit berbentuk makara dan kuncup teratai. Pada kaki menara ada hiasan ceplok bunga (roset). Seperti halnya dinding batur, pada dinding kolam terdapat pula pancuran-pancuran.

Pintu masuk ke petirtaan Tikus berada di sisi utara, berbentuk tangga dari bata menjorok ke arah kolam air. Di- kanan-kiri tangga masuk ada kolam kecil di dalam bilik bata.

Walaupun sampai sekarang belum ditemukan letak sumber mata air yang masuk ke kolam namun dengan adanya saluran air di sebelah utara maka diperkirakan sumber air berada di sebelah selatan. Sebagian besar bangunan candi Tikus berada 1,50 meter di bawah permukaan tanah.

Dari langgam bentuk menara di atas batur, diperkirakan bangunan ini dibuat pada abad XIII-XIV Masehi dan dianggap sebagai replika dari gunung Mahameru/meru tempat sumber Amartha.

Lokasi Candi Tikus Desa Temon, Dinuk, Kecamatan Trowulan, Kabupaten  Mojokerto, Jawa Timur. Bahan dan Ukuran Candi Tikus. Bahan Batu Bata untuk bangunan candi, Batu andesit untuk pancuran air (jaladwara). Panjang 25,40 meter, Lebar  23,60 meter, Tinggi : 5,20 meter

Candi Tikus dalam Catatan Sejarah Majapahit

Candi Tikus diperkirakan dibangun pada abad ke 13. Dalam catatan sejarah Kerajaan Majapahit, sering dihubungkan dengan keterangan Prapanca (Negarakertagama), yang menyebutkan terdapat tempat mandi raja dan upacara-upacara tertentu yg dilaksanakan di kolam-kolamnya.

Sampai saat ini, mengenai fungsi Candi Tikus, belum diketahui secara pasti. Akan tetapi , melihat dari bentuk serta susunan candi, bangunan ini diduga merupakan tempat bagi petirtaan (pemandian) yang yang berhias, belum dapat dipastian pula apakah dipakai untuk umum atau khusus.

Candi Tikus dihubungkan dengan keterangan prapanca di dalam Negarakertagama, bahwa ada tempat untuk mandi raja dan upacara-upacara tertentu yg dilaksanakan di kolam-kolamnya. Sedangkan menurut Bernet Kempers (1954) keberadaan Candi Tikus dikaitkan dgn simbolisasi Mahameru dan sumber mata air suci.

Keberadaan Candi Tikus terkait dengan simbolisasi air yg keluar dari gunung, yang erat dgn sistem kepercayaan masyarakat pada jamannya (Didik Samsu,1987). Menurut A.S. Wibowo, candi Tikus berfungsi sbg barometer debit air waduk dan bendungan di sekitar Trowulan.

Candi ini berhubungan dengan air, dalam tradisi Hindu air memiliki kedudukan penting karena berkaitan dengan makna kesucian.

Air Suci (Toya, Tirta ) bagi masyarakat/agama di Bali digunakan untuk keperluan-keperluan individu hingga seluruh desa/masyarakat karena dianggap mengandung kekuatan gaib.

Air Suci dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu air suci yg keluar dari dalam perut bumi dan air dari sumur rumah tangga yg disucikan di dalam upacara doa oleh pedanda.

Sumber-sumber air suci merupakan sumber penting dan dikaitkan dengan kekuatan-kekuatan spiritual, oleh karenanya diberi tempat khusus (candi,sanggar agung) dan diperlakukan secara khusus dan oleh orang khusus.

Struktur, Bahan dan Bangunan Candi Tikus

Candi Tikus merupakan bangunan yang berhubungan dengan air (petirtaan) dengan panjang 25,40 meter, lebar 23,60 meter dan tinggi 5,20 meter, berada pada kedalaman ± 2 meter dari permukaan tanah.

Bangunan Candi Tikus tersusun dari batu bata sebagai bahan struktur utama Candi, dan batu andesit sebagai bahan utama untuk jalawadra (Pancuran air).

Candi Tikus terdiri dari batur (kaki candi) dengan menara yang diperkirakan berbentuk miniatur candi serta terdapat kolam yang mengelilingi batur.

Batur tersebut bertingkat dua, menempel pada dinding sisi selatan kolam. Pada masing-masing tingkat terdapat empat menara. Akan tetapi, pada saat ini menara yang masih terlihat utuh hanyalah menara tengah pada batur kedua sisi utara,

Sebagian menara hanya tinggal bagian kakinya saja Bahkan ada yang telah hilang sama sekali. Terdapat delapan menara yang seharusnya mengelilingi menara utama/puncak sebagai sentralnya (yang di duga merupakan Replika sebagai dari gunung Mahameru/meru.

Di sekeliling dinding batur terdapat jalawadra yang berbentuk makara dan kuncup teratai. Seperti halnya dinding batur, pada dinding kolam terdapat pula pula pancuran-pancuran namun, sebagian besar pancuran air pada dinding kolam tidak berhiaskan makara atau kuncup teratai,mungkin sudah hilang karena ada beberapa pancuran memiliki jalawadra.

Candi tikus dipugar secara resmi oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1984-1989 Pemugaran oleh pihak pemerintah dilakukan secara partial dan dinyatakan purna pugar (selesai) pada tanggal 21 September 1989.

Candi ini diduga pernah mengalami pemugaran sebelumnya, kemungkinan pada masa pemerintahan Hindia Belanda.

Bukti bahwa pernah dilakukan pemugaran sebelumnya, diantaranya adanya percobaan pemasangan kembali menara Candi induk dengan menggunakan semen serta pembuatan saluran pembuangan di sisi selatan yang mengarah ke barat dengan memanfaatkan gorong-gorong.