traveldraft

Rumah Adat Mosalaki, Identitas Suku Lio

Rumah adat Mosalaki merupakan rumah besar adat miliki Suku Sukalumba yang masih menjadi bagian dari Suku Lio. Disebut Rumah adat Mosalaki karena rumah ini memang didiami oleh Mosalaki atau kepala suku.

PublishedJuly 29, 2011

byDgraft Outline

Flores adalah salah satu pulau di gugusan Kepulauan Sunda Kecil seperti halnya Lombok dan Bali. Pulau Flores juga merupakan bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Timur. Flores sendiri berasal dari bahasa portugis yang berarti bunga.

Pulau Flores terdiri dari beberapa kabupaten dan kota dengan kekayaan adat istiadat dan kebudayaan yang beragam. Salah satu kota kabupaten yang terkenal dengan adat istiadat serta kebudayaannya adalah Kabupaten Ende.

Sebagian besar wilayah ini dihuni oleh Suku Lio. Suku Lio dikenal dengan kearifan budaya lokal setempat. Masyarakat Suku Lio dikenal sebagai masyarakat yang memegang teguh adat istiadat.

Maka dari itu sampai sekarang masih terdapat benda-benda kebudayaan yang menjadi ciri khas dari suku salah satunya adalah rumah Sao Ria atau dikenal juga dengan Rumah Mosalaki.

Rumah Adat Mosalaki merupakan rumah besar adat miliki Suku Sukalumba yang masih menjadi bagian dari Suku Lio. Disebut Rumah Mosalaki karena rumah ini memang didiami oleh Mosalaki atau kepala suku.

Rumah Adat Mosalaki juga dikenal dengan sebutan Sao Ria, kata Sao Ria berasal dari kata sao yang berarti rumah dan ria berarti besar. Sao Ria berarti rumah besar. Rumah ini terbuat dari kayu singgi, kayu nara, dan kayu fowo.

Lantai rumah ini terbuat dari bambu sementara atapnya terbuat dari alang-alang yang sudah dikeringkan. Atap rumah ini dipasang setinggi lima meter dan ujung bawah atapnya berada satu meter di atas tanah

Atap rumah dibuat seperti ini agar ketika memasuki rumah ini, orang harus menunduk sambil menaiki tangga setelah ini baru orang-orang yang datang kesana bisa melihat seisi rumah.

Sebelum memasuki rumah akan ditemukan tenda kecil ( Magha Loo ) lalu terdapat tangga naik ke rumah ( Tangi Djawa ), selah itu akan ditemukan bale-bale besar ( Magha Ria ) yang tepat di tengahnya terdapat tangga ( lata ) masuk ke pintu besar ( Pane Ria ).

Pane Ria terdapat di samping senapan ( Bendi ) yang menyimbolkan pengaman Sao Ria. Setelah memasuki Pane Ria kita akan memasuki lorong ( loro ) menuju ruang tengah ( one ).

Di sebelah kiri dan kanan terdapat dua kamar Magha Ria atau kamar depan, yang berfungsi sebagai tempat tidur pemuda dan tamu laki-laki. Selain itu terdapat juga tempat perapian ( Waja ), gudang kayu ( Noki ) yang terdapat, ruang utama ( One ) yang terletak di tengah-tengah Sao Ria.

Kamar untuk gadis ( rimba ) yang terletak dibalik dinding kanan One, kamar Ata Laki Puu dengan istri-istrinya ( Magha Longgo ) yang merupakan kamar belakang, dan terakhir adalah tempat barang-barang pusaka antara lain batu-batu perjanjian antara nenek moyang dengan suku lain yang disebut dengan Wisu Lulu.

Rumah ini juga berisi perlengkapan-perlengkapan untuk upacara adat juga beberapa perhiasan-perhiasan. di sudut ruangan terdapat tungku dan periuk yang terbuat dari tanah liat, ini berfungsi untuk memasak persembahan.

Sementara persembahan-persembahannya sendiri diletakkan di dalam benda yang terbuat dari bambu yang digantungkan tepat di tengah rumah.

Rumah Adat Mosalaki memiliki dua yakni fungsi tempat tinggal dan fungsi sacral. Rumah adat ini berfungsi sebagai tempat tinggal bagi para Mosalaki (kepala suku/kepala adat), maka dari itu rumah ini memiliki fungsi tempat tinggal.

Para Mosalaki yang tinggal di rumah ini berjumlah tiga orang mosalaki menempati rumah ini, mereka memiliki tugas dan peran yang tempat berbeda diantaranya, Laki Puu bertugas menjadi Tokoh Adat (Pemimpin Adat), mempertahankan adat reservoir beras, serta terlibat dalam membangun pilar Rumah Adat.

Laki Turu Tena Nata Ae bertugas untuk menyambut tamu, menjaga dan pisau mengiris kayu untuk memulai program upacara adat. Dan Laki Ruu Tuu jaga tau Rara bertugas saat ada upacara adat yang akan diadakan dan setelah itu, ia akan mengumumkan aturan yang ada dilarang dan tugas adat lainnya.

Sebagai fungsi sakral, rumah adat ini berfungsi sebagai tempat pemujaan para leluhur dan tempat digelarnya berbagai upacara keagamaan masyarakat setempat. Rumah ini juga menjadi pusat kegiatan adat seperti bermusyawarah dan berkumpul.

Selain memiliki nilai spiritualitas dan nilai kultural, Rumah adat Sao Ria juga mempunyai nilai-nilai filosofis. Rumah adat tersebut menyimbolkan seorang manusia perempuan dan diartikan juga sebagai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

Makna ini tersirat melalui tata letak, fungsi dan bentuk ukuran komponen bangunan. Misalnya saja letak Kanga yang berada di posisi yang lebih tinggi karena merupakan tempat yang disakralkan. Di dalam sao Ria juga terdapat ruang yang berfungsi sebagai tempat nya upacara ritual pemujaan.

Hal ini bermakna bahwa Sao Ria tidak hanya untuk manusia itu tapi juga sebagai tempat tinggal roh nenek moyang dan tempat bertemu manusia dengan sang penciptanya (wujud ilahi) yang merupakan sumber dan tujuan akhir serta penyelenggara kehidupan alam semesta.

Hubungan antar ruang secara horizontal dan berintikan pada ruang tengah yang ditandai oleh adanya ruang bersama. ruang tengah ini berfungsi sebagai tempat untuk berkumpul dan bermusyawarah yang dipimpin oleh ketua adat. Pola ini menyimbolkan bahwa sao ria merupakan pemersatu masyarakat adat dan tetua adat.

Setiap kebudayaan warisan leluhur pasti memiliki sebuah pesan yang bermakna bagi kehidupan generasi dalam sebuah entitas masyarakat sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan harus menjadi acuan dan kebanggaan bagi generasi penerus untuk terus menjaga nilai-nilai tersebut tetap hidup di masyarakat.