Kata Brahu diduga berasal dari kata Wanaru atau Warahu (perabuan atau pembakaran).Nama brahu didapat dari sebutan untuk sebuah bangunan suci seperti disebutkan dalam prasasti Alasantan, yang ditemukan tak jauh dari candi Brahu.
Kendatipun demikian, dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, tak ada satu pakar pun yang berhasil menemukan bekas abu mayat dalam bilik candi.
Denah Batu Candi berbentuk bujur sangkar dengan masing-masing sisinya menjorok keluar. Keadaan bangunan Candi peninggalan Kerajaan Majapahit ini polos tanpa adanya fragmen relief maupun hiasan yang umumnya dapat kita temui pada bangunan Candi.
Candi Brahu dibangun dengan menggunakan batu bata sebagai bahan utamanya, dengan panjang sekitar 18 meter, lebar 22,5 meter, dan tinggi 20 meter, Candi nampak kokoh dan megah. Dari pintu masuk ke ruang bilik Candi yang terletak di sisi barat dapatlah diketahui bahwa Candi Brahu menghadap Kearah barat.
Di sekitar Candi anyak terdapat temuan Candi-candi kecil yang sebagian sudah runtuh, seperti Candi Muteran, Candi Gedung, Candi Tengah, dan Candi Gentong. Saat penggalian dilakukan di sekitar Candi, banyak ditemukan benda-benda kuno seperti alat-alat upacara keagamaan dari logam, perhiasan dari emas, arca, dan lainnya.
Penemuan peninggalan benda-benda di sekitar Candi hingga saat ini pun masih terus berlanjut menururt keterangan masyarakat sekitar Trowulan, tahun 1996 pernah ditemukan berangkas perunggu. Brangkas tersebut berisikan pakaian Kebesaran lengkap dengan perhiasan untuk dikenakan seorang bangsawan atau raja.
Data Candi Brahu
Denah Batur berbentuk bujur sangkar dengan masing-masing sisinya menjorok keluar. Dari pintu masuk ke ruang bilik candi yang terletak di sisi barat dapatlah diketahui bahwa candi peninggalan Majapahit menghadap ke arah barat. Keadaan bangunan candi polos tanpa ada hiasan satupun.
Lokasi Candi Brahu: Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur
Bahan dan Ukuran Candi : Bahan Batu Bata. Panjang 18 meter, Lebar 22,50 meter, Tinggi : 20 meter