traveldraft

Pakaian Tradisional Lampung dan Filosofi Kain Tapis

Kain Tapis Lampung merupakan kain yang terbuat dari tenunan benang kapas yang dihiasi dengan motif sulaman dari benang sugi, benang perak atau benang emas. Kain Tapis mencirikan kekhasan orang Lampung, sehingga dipergunakan sebagai kelengkapan pakaian tradisional Lampung.

PublishedDecember 18, 2012

byDgraft Outline

Pakaian tradisional Lampung sendiri terdiri dari bebarapa komponen. Pakaian adat lampung untuk laki-laki, pakaian terdiri dari kikat dan kopiah (ikat atau penutup kepala), kawai sebagai penutup badan yang terbuat dari bahan kain tetoron atau belacu berwarna terang atau memakai kawai kamija (kemeja).

Untuk bagian bawah mengenakan senjang dari kain Samarinda, Bugis atau Batik Jawa. Sebagai pengganti senjang bisa juga hanya menggunakan celanaou (celana) yang serasi dengan kamija. Untuk mempererat senjang dan celanaou di pinggang laki-laki digunakan bebet (ikat pinggang). Laki-laki juga menggunakan selikap atau kain selendang yang dililitkan di leher.

Kelengkapan busana ini biasa digunakan pada saat acara-acara resmi seperti pernikah dan acara adat. Sementara untuk sehari-hari para lelaki hanya menggunakan ikat kepala (kikat).

Pakaian adat Lampung untuk perempuan terdiri dari penutup badan yang disebut lawai kurung, berbentuk seperti baju kurung dan terbuat dari bahan halus atau sutera yang dihiasi rajutan renda. Untuk menutupi bagian bawah para wanita juga menggunakan senjang terbuat dari kain tapis yang disebut cawol dan setagen sebagai pengikatnya.

Kaum perempuan Lampung biasanya melengkapi penampilannya dengan belatung buwok (sanggul rambut) dengan merajut benang hitam halus pada rambut asli yang diliitkan dengan rambut tambahan kemudian dihiasi dengan bunga kawat.

Untuk alternatif, perempuan Lampung juga mengenakan kerudung atau kudung yang dikenakan di kepala, bahannya terbuat dari kain sutera. Kain ini juga disebut Kanduk atau kakambut.

Pakaian Tradisional Lampung dalam Upacara Perkawinan

Dalam upacara perkawinan, pakaian yang dipakai pengantin perempuan adalah kebaya (kebayou) yang terbuat dari kain beludru dengan motif sulaman benang emas dan cawol atau senjang yang terbuat dari kain tapis berhiaskan sulaman benang emas dengan hiasan siger.

Sebagai aksesoris dikenakan siger yang terbuat dari lempengan kuningan dengan berhiaskan rangkaian bunga. Siger ini berlekuk ruji tajam, jumlahnya sembilan lekukan di depan dan di belakang (siger tarub) dalam setiap lekukan terdapat hiasan bunga cemara dari kuningan (beringin tumbuh).

Di puncak siger terdapat hiasan serenja bulan atau kembang hias yang menyerupai mahkota berjumlah satu sampai tiga buah yang memiliki lengkungan yang beruji tajam dan bagian atasnya berhiaskan bunga

Badan pengantin pun ditutupi lagi dengan sesapur, yaitu baju kurung bewarna putih, baju ini tidak berangkai pada sisinya dan di tepi bagian bawah berhias uang perak yang digantungkan berangkai (rambai ringgit).

Kain yang dipakai adalah kain tapis dewo sanow (kain tapis dewasana). Kain ini terbuat dari bahan katun bersulam emas dengan motif tumpal atau pucuk rebung. Pinggang mempelai wanita dilingkari bulu serti atau sejenis ikat pinggang yang terbuat dari kain beludru berlapis kain merah.

Bagian atasnya berhiasakan kuningan yang berbentuk bulatan kecil-kecil. Di bawah bulu serti dikenakan pending, yaitu ikat pinggang dari uang ringgitan Belanda yang di bagian atasnya bergambar ratu Wihelmina

Aksesoris lainnya adalah:

Sementara pengantin laki-laki memakai kopiyah mas sebagai mahkota, berbentuk bulat ke atas dengan ujung beruji tajam. Bahannya terbuat dari kuningan dengan hiasan karangan bunga. Badan pengantin pria ditutup dengan sesapur warna putih berlengan panjang. Bagian bawah ditutup dengan celanou (celana) panjang dengan warna sama dengan warna baju.

Pada pinggang dibalut tapis bersulam emas yang diikat dengan pending, bagian dada dililitkan selendang sutra yang disulam dengan benang emas membentuk silang limar. Perlengkapan lain yang menghiasi pengantin pria sama seperti yang dikenakan oleh mempelai wanita.

Kain Tapis dan Makna Filosofis Pakaian Tradisional Lampung

Pakaian adat lampung masih digunakan oleh masyarakat lampung dalam acara-acara sakral seperti resepsi pernikahan. Sebagian masyarakat ulun lampung juga menggunakannya dalam acara-acara adat yang digelar.

Dalam pemakaian baju adat atau pakaian tradisional Lampung penggunaan kain tapis menjadi bagian paling penting yang tidak boleh terlewatkan.

Kain tapis juga mengandung nilai filosofis yang menyimbolkan kesucian yang dapat melindungi pemakainya dari segala kotoran. Hal lain yang tergambar dari kesatuan motif kain tapis adalah lambang dari kebesaran pencipta alam. Dalam seiap motif kain tapis selalu digambarkan keindahan alam semesta berupa flora atu fauna.

Siger yang dipakai oleh pengantin perempuan di kepala melambangkan kehormatan dan kebesaran adat. Mahkota ini juga bermakna penghormatan terhadap harkat derajat kaum wanita. Dalam baju adat Lampung, perempuan dicitrakan sebagai sosok yang dihormati, lemah lembut, berkepribadian baik juga santun dan hormat pada kaum laki-laki

Begitupun laki-laki, karakter keperkasaan dan keberanian laki-laki juga tergambar dari kelengkapan busana laki-laki. Jiwa kepemimpinan laki-laki tergambar melalui penutup kepala yng melambangkan keteguhan dan kecerdasan dalam berpirkir.