traveldraft

Gamelan Sunda, Perangkat Gamelan dari Jawa Barat

Secara etimologis, gamelan berasal dari bahasa Jawa, yaitu gamel yang berarti memukul atau memainkan. Gamelan Sunda atau gamelan degung-sebenarnya degung juga bermakna sebagai laras gamelan dalam kosakata sunda-berkembang di pulau Jawa, khususnya di Jawa Barat.

PublishedJune 18, 2013

byDgraft Outline

Satu perangkat gamelan Sunda paling tidak terdiri dari saron, gambang, panerus, suling degung, rebab, kecapi, bonang, kulanter, kendang, jengglong, dan goong. Gamelan merupakan salah satu ensambel musik tradisonal yang paling populer dan dikagumi oleh warga Internasional.

Secara etimologis, gamelan berasal dari bahasa Jawa, yaitu gamel yang berarti memukul atau memainkan. Gamelan sering digunakan sebagai musik pengiring pada kesenian tradisional wayang, upacara adat, dan ritual, hiburan, hingga ceremonial.

Gamelan dalam budaya Sunda disebut juga gamelan degung (degung juga bermakna sebagai laras gamelan dalam kosa kata bahasa sunda) berkembang di pulau Jawa, khususnya di Jawa Barat.

Dari segi irama, gamelan Sunda dapat dibedakan dengan gamelan Bali dan gamelan Jawa. Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih merdu dengan tempo lambat, berbanding terbaik dengan gamelan Bali yang cenderung rancak.

Gamelan di Jawa Barat ini didominasi oleh suara suling atau rebab, sehingga lebih berkesan mendayu-dayu. Konon irama yang dihasilkan gamelan Sunda ini merupakan ekspresi dari emosi budaya Sunda dan ekspresi sopan-santun yang dimiliki oleh masyarakan Sunda.

Selain gamelan degung yang beredar di Jawa Barat, daerah Cirebon mempertahankan tradisi gamelan yang berbeda. Di antara gamelan yang tersebar di kawasan Cirebon, dua jenis yang paling populer adalah gamelan pelog dan gamelan prawa. Gamelan pelog secara tradisional digunakan untuk mengiringi kesenian tayuban, wayang cepak, dan mengiringi tarian yang ada di keraton.

Sedangkan gamelan prawa digunakan untuk mengiringi wayang purwa. Cirebon juga mempertahankan gamelan “khusus” seperti Sekaten, yang dimainkan di kraton untuk menandai waktu-waktu penting dalam kalender Islam. Selain itu, terdapan pula Denggung, ansambel ini dipercaya memiliki kekuatan supranatural.

Tidak ada yang menyebutkan kapan tepatnya gamelan masuk ke tanah Sunda, tetapi tanda-tanda adanya kesenian ini di tatar Sunda dijelaskan dalam naskah Sang Hyang Siksa Kanda Ng Karesian, bahwa kesenian ini mulai masuk pada abad 16.

Dalam naskah tersebut, dijelaskan bahwa pada waktu itu pemain gamelan disebut Kumbang Gending, dan ahli karawitan disebut Paraguna. Naskah Sewaka Darma menyebutkan bahwa gamelan disebut juga Gangsa.

Mulanya, Gamelan Sunda hanya terdiri atas bonang, saron panjang, jenglong, dan goong. Kemudian penambahan-penambahan waditra terjadi sesuai dengan kebutuhan musikal, misalnya penambahan kendang, suling, dan rebab.

Terdapat tiga jenis gamelan yang berkembang di tanah Sunda, antara lain gamelan renteng, gamelan salendro atau pelog, dan gamelan ketuk tilu. Gamelan salendro biasanya digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang, tari-tarian, kliningan, dll. Sehingga gamelan salendro menjadi gamelan yang poluler diantara jenis gamelan yang lain.

Gamelan Renteng berkembang di beberapa tempat, salah satunya di Batu Karut, Cikalong. melihat bentuk dan interval gamelan renteng, ada pendapat bahwa kemungkinan besar gamelan sunda yang sekarang berkembang bermula dari gamelan renteng.

Adapun Gamelan Ketuk Tilu biasanya dipakai untuk mengiringi kesenian ketuk tilu, ronggeng gunung, ronggeng ketuk, doger, dan topeng banjet.