etnografi

Suku Belitung, Provinsi Bangka Belitung

Suku Belitung atau kadang disebut sebagai suku Melayu-Belitung adalah komunitas masyarakat yang bermukim di pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung, dan daerah sekitarnya.

PublishedApril 21, 2014

byDgraft Outline

Bangka Belitung merupakan provinsi kepulauan yang terdiri dari dua pulau utama yakni Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Sementara ini kepulauan Bangka Belitung terdiri dar 470 pulau yang telah bernama dan 50 pulau belum berpenghuni.

Secara geografis kepulauan ini berada di sebelah timur pulau Sumatra dekat dengan provinsi Sumatra selatan. Masyarakat asli Bangka berasal dari Suku Sekak. Suku Sekak sendiri merupakan rumpun bangsa melayu yang mendiami pesisir-pesisir pantai Bangka Belitung.

Dalam perkembangannya masyarakat Suku Sekak inilah yang menjadi penduduk asli Bangka Belitung. Di kepulauan ini masyarakat menciptakan dan melestarikan kebudayaan hingga mampu bertahan sampai sekarang ini.

Suku Belitung diperkirakan berasal dari daratan Malaka (Melayu), yang datang ke pulau Belitung pada abad ke-18. Sebelum kedatangan bangsa Melayu, pulau Belitung dahulunya dianggap kosong tidak berpenghuni.

Tetapi, sejumlah teori menyebutkan bahwa sebelum hadirnya masyarakat Melayu di pulau Belitung, terdapat “suku asli” yang mendiami pulau itu, yang disebut suku Ameng Sewang.

Segera setelah kedatangan bangsa Melayu, tradisi dan budaya Melayu berkembang, dan hari ini menjadi budaya mayoritas di pulau Belitung. Sukang Belitung sendiri menyebut diri mereka “uang Belitong”.

Dalam segi mata pencaharian, orang Belitung banyak yang bertani, dengan tanaman utama, yakni karet, lada, cengkeh, dan kelapa. Dalam bertanam padi, Suku Belitung mengenal konsep “huma” atau sawah kering, yang sebagian dilakukan dengan membuka lahan di hutan.

Selain menghasilkan padi, merek juga menanam tanaman jagung, umbi-umbian, dan pisang. Selain bertani, orang Belitung banyak yang bekerja di bidang pertambangan terutama timah dan kaolin.

Sebagian dari mereka juga bekerja pada sektor lain dan ada juga yang telah mengembangkan industri kerajinan.

Bahasa yang dipertuturkan oleh Suku Belitung secara umum masih termasuk dalam rumpun bahasa Melayu tetapi memiliki perbedaan. Bahasa mereka terkadang disebut bahasa Melayu-Belitung.

Bahasa Belitung ini dianggap sebagai salah satu dialek dari rumpun bahasa Melayu, yang juga memiliki kemiripan dengan bahasa Melayu Riau dan bahasa Melayu Malaysia.

Ciri khas dari bahasa ini adalah tidak terdapat huruf “h” misalny pada kata “ jao ” (jauh), “ ujan ” (hujan), “ pute ” (putih). Ciri lainnya yaitu pada penggunaan kosakata dari penggabungan dari dua kata atau lebih, contohnya “ nakmane ” (hendak kemana).

Dalam hal garis keturunan, Suku Belitung mengenal prinsip “bilateral” menurut pada garis kedua orangtua. Kelompok keluarga luas Suku Belitung pada terbentuk dalam bentuk keleka (kampung adat) yang memiliki aturan tersendiri. Keleka dipimpin seorang kepala adat.

Agama Islam masuk ke wilayah ini sekitar abad ke-17. Walaupun demikian, sistem “kepercayaan asli” masih hidup di beberapa kalangan masyarakat.

Misalnya, pada upacara-upacara mengerjakan dan menggarap ladang ( maras taun ), dalam menangkap ikan ( buang jong ), menyelenggarakan upacara perkawinan ( gawai penganten ), dan sebagainya.

Pakaian tradisional kepulauan Bangka Belitung yaitu kain cual dan baju seting. Kain ini hampir serupa dengan songket mengindikasikan adanya pengaruh dari kebudayaan melayu, mengingat masyarakat Belitung bisa dikatakan salah satu rumpun bangsa melayu.

Kain cual dibuat dengan teknik tenun sungkit dan tenun ikat yang merupakan hasil asimilasi dari budaya china yang telah menyebar luas di Asia hingga ke Indonesia.

S_eringkali _Kain cual dijadikan pakaian kebesaran di kalangan bangsawan, pakaian pengantin dan pakaian untuk moment-moment penting lainnya.

Dalam pemakaiannya, kain cual biasa disandingkan dengan baju khas Bangka Belitung lainnya yaitu baju seting. Baju seting adalah baju (atasan) khas Bangka berupa baju kurung merah yang terbuat dari bahan sutera atau beludru dengan sulaman benang emas.

Pasangan pakaian tersebut digunakan dalam upacara pernikahan adat Bangka Belitung. Pengantin perempuan dilengkapi dengan mahkota ( paksian ) dan laki-lakinya menggunakan sorban ( sungkon ).