traveldraft

Teotihuacan; Pembangun Piramid yang Menyembah Air

Kota kuno Teotihuacan di Meksiko yang mencakup beberapa situs piramid terbesar di dunia, sering membingungkan para ahli. Sekarang, seorang arkeolog mengatakan bahwa rahasianya terletak di dalam air; orang-orang Teotihuacan ‘menyembah’ Air.

PublishedAugust 18, 2016

byDgraft Outline

Kota kuno Teotihuacan yang mencakup beberapa piramida terbesar di dunia seolah terkubur sejarahnya selama 1.400 tahun yang lalu. Sejak saat itu, situs-situs di Meksiko tengah ini telah membingungkan para sarjana.

Verónica Ortega, dari Mexico’s National Institute of Anthropology and History yang selama beberapa bulan terakhir melakukan penggalian di Teotihuacan mempunyai kesimpulan menarik. Teotihuacan adalah kota penyembah air; Ia menunjukkan beberapa bukti bahwa kota kuno itu memiliki tempat suci untuk menyembah air.

Arkeolog 43 tahun itu, dilansir wsj.com (10/8), telah menemukan kanal dan rongga mirip dengan kolam bersama dengan patung-patung dewa air. Penggalian di dua situs lainnya yang berada di Teotihuacan bahkan menemukan kerang, kendi air dan unsur lainnya yang berhubungan dengan air.

“Air adalah protagonis yang sebenarnya dari Teotihuacan. Jika ada sebuah kota di dunia kuno di mana air disembah, itu Teotihuacan, ” Ungkap Ortega.

Teorinya jelas menantang gagasan bahwa orang-orang dari daerah Teotihuacan menyembah berbagai dewa yang sama pentingnya, seperti dewa api, dewa waktu dan beberapa dewa air dan yang terbesar dan terpenting adalah Dewa Matahari.

Arkeolog Meksiko lainnya telah menyatakan kekaguman serta skeptisisme ilmiah tentang ide tersebut.

“Itu adalah inovatif, usulan menarik, tapi dia harus menunjukkan hal itu benar,” kata Leonardo López Lujan, seorang arkeolog lokal. “Sampai hari ini, saya masih berpikir air bukan bagian yang utama [dalam kepercayaan] di sini, tetapi dewa api dan waktu.”

Teotihuacan terletak di dataran tinggi yang dikelilingi oleh pegunungan. Kurang lebih 30 mil timur laut dari Mexico City. Kota ini mencapai puncak kegemilangannya di sekitar 200-450 M—bertepatan dengan penurunan pengaruh Kekaisaran Romawi di Eropa. Diperkirakan kota Teotihuacan dihuni oleh 150.000 orang sebelum kehancurannya disekitar 600 AD.

Bangunan piramida-nya hanya disaingi oleh orang-orang Maya di Amerika Tengah. Tapi tidak seperti bangsa Maya yang banyak dipelajari, sangat sedikit yang diketahui tentang orang-orang dari Teotihuacan, terutama karena mereka tidak memiliki bentuk kompleks tradisi penulisan—sejauh ini, tidak ada ukiran atau lembaran dengan tulisan yang ditemukan.

Orang-orang Aztec para prajurit yang datang dari utara dan menetap di Meksiko tengah 700 tahun setelah runtuhnya kota mereka memberi nama “Teotihuacan”, yang berarti “tempat di mana orang-orang menjadi dewa.” Kedua piramida terbesar yang diberi julukan Piramida matahari dan bulan berhubungan dengan bangsa Aztec; baik struktur maupun mitos-mitos yang berkembang selanjutnya.

Tapi berdasarkan penggalian, Ortega menyebut bahwa orang Aztec salah. Penyembahan terhadap air, dalam berbagai bentuk seperti danau, hujan lebat atau banjir-memainkan peran penting.

“Piramida Bulan sebenarnya ditahbiskan untuk dewi sungai dan danau, Chalchuihtlicue di Aztec, sedangkan dewa Tlaloc, dipuja di Piramida Matahari,” kata Ms. Ortega.

Chalchiuhtlicue adalah Dewi Sungai bangsa Aztec. Dalam beberapa cerita ia disebut sebagai istri Tlaloc. Tlaloc merupakan dewa penting dalam agama Aztec; sebagai dewa tertinggi, ia juga dikenal sebagai dewa kesuburan dan air tapi secara umum Tlaloc diangap Dewa Hujan.

Verónica Ortega mendasarkan teorinya pada ritus ibadah Teotihuacan yang terlihat pada mural mewah dari Tlalocan. Mural yang memiliki warna-warna merah dan biru itu menggambarkan semacam piramida yang menunjukkan aliran air yang mengalir. Ortega juga menemukan empat kanal yang keluar dari sebuah kuil di alun-alun Piramid Bulan.

Ortega setuju bahwa Teotihuacan memiliki dewa lain selain air, seperti dewa api, tetapi menurutnya mereka memainkan peran yang lebih kecil.

“Untuk orang-orang Teotihuacan, yang kebanyakan petani, air adalah segalanya. Hanya para dewa air yang menjamin pembaharuan siklus hidup,” kata Ortega. “Ketika musim hujan tiba, mereka mengumpulkan air di kanal dan sumur”.

“Kita tidak bisa mengesampingkan apa pun,” kata Linda Manzanilla, salah satu arkeolog terkemuka Meksiko. “Air adalah faktor yang paling penting di wilayah setengah gurun itu di mana Teotihuacan meringkuk.”

Kebanyakan peneliti setuju bahwa beberapa kebudayaan—termasuk rakyat Teotihuacan—membangun piramida untuk meniru pegunungan sekitarnya, di mana mereka percaya para dewa [akan] berdiam. Beberapa anggapan yang paling umum dari piramid justru sering dikaitkan dengan penyembahan Matahari.

Bagaimana-pun teori atau hipotesis tentang penyembahan air di bangunan megalith atau piramida ini benar-benar menarik—tapi bukan hal aneh jika hal itu dihubungkan dengan bangunan candi dari periode yang lebih baru—dan bisa saja membuat para sarjana lainnya mencari bukti di tempat lain; Gunung Padang, misalnya.