traveldraft

Valletta, Ibu Kota Malta yang Rendah Hati

Nama resmi yang diberikan oleh Ordo St. John untuk kota ini adalah Humilissima Civitas Valletta-the Most Humble City of Valletta ; sebuah kota yang sangat rendah hati.

PublishedDecember 7, 2016

byDgraft Outline

Valletta Malta
Image by M W Efraimstochter

Valletta, ibu kota Malta, sejarahnya memang tidak terlepas dengan pendudukan dan kekuatan militer. Kota ini secara berturut-turut pernah diperintah oleh Funisia, Yunani, Carthaginia, Romawi, Byzantium (Bizantium), Arab, dan juga Ordo St. John.

Dengan bangunan bastion, curtain, dan ravelin, sejalan dengan keindahan bangunan Barok di sepanjang jalannya, kota ini justru dikenal sebagai Superbissima-Most Proud, terkesan sebagai kota yang “angkuh” di antara kawasan di Eropa di masanya.

Ada 320 monumen di ibu kota Malta ini. Menariknya semua bangunan itu terdapat di kawasan sekitar 55 hektar. Ini lah yang menjadikan Valletta sebagai satu dari kawasan bersejarah yang paling terpusat di dunia.

Valletta hari ini adalah wilayah perkotaan yang menampilkan banyak bangunan abad ke-16 dan abad-abad berikutnya. Kebanyakan dari bangunan-bangunan ini didirikan pada masa pemerintahan-pemerintahan para bangsawan; Knights of St. John of Jerusalem.

Batu pertama yang menandai pembangunan Kota Valletta diletakkan oleh pimpinan tertinggi Ordo St. John, Jean Parisot de la Valletta pada tanggal 28 Maret 1566. Ordo yang telah memerintah kota dan pulau tersebut memutuskan untuk mendirikan kota baru di atas semenanjung Xiberras.

Kota ini dirancang oleh Francesco Laparelli, sedangkan banyak dari bangunan penting lainnya dibangun oleh Gerolamo Cassar.

Pembangunan benteng dan rencana perkataannya seolah ter-inspirasi oleh karakter Renaissan Italia yang di-kombinasi dengan teknik perencanaan kota pada masa itu–dengan pertimbangan aspek estetis dari sudut perkotaan.

Setelah diperintah para bangsawan dengan selingan singkat pemerintahan Prancis, pembangunan selanjutnya di Valletta dilaksanakan selama masa pemerintahan Inggris.

Gerbang-gerbang diperlebar, banyak bangunan dibongkar dan dibangun kembali, rumah-rumah diperluas dan proyek-proyek megah pun dibentuk. Namun, sebagian infrastruktur ada yang rusak selama Perang Dunia II. Terutama sebuah rumah opera yang dibangun di jalan masuk kota.

Valletta, Valetta-Malta
Image by Stuart Zintilis

Kota Valletta memiliki beberapa bangunan bersejarah penting, diantaranya St. John Co-Cathedral, bekas Conventual Church of the Knights of Malta dan menjadi rumah bagi karya-karya Michelangelo.

Juga bangunan itu menyimpan koleksi berharga dari abad ke-17 seperti permadani Flemish, ansambel Auberge de Castille et Leon, barang-barang peninggalan Knights of Malta of the Langue of Castille dan Leon and Portugal, yang juga pernah dipergunakan sebagai Kantor Perdana Menteri Malta.

Magisterical palace dibangun antara 1571-1574, yang sebelumnya menjadi kediaman Grandmaster of the Knights of Malta, sekarang menjadi Parlemen Malta dan Kantor Presiden Malta.

National Museum of fine Art, istana Rococo yang dibangun akhir tahun 1570–pernah digunakan sebagai kediaman dinas Commander in-Cief of Mediterranean Fleet selama masa pemerintahan Inggris sejak tahun 1789.

Valletta juga memiliki National Museum of Archaeology, bekas Auberge de Provence, dan Manuel Theatre yang dibangun hanya dalam sepuluh bulan pada tahun 1731 oleh Antonio Manoel del Vilhena. Teater ini masih dipergunakan dan merupakan teater tertua di Eropa.

Selain itu, terdapat Mediterranean Conference Centre, bekas Sacra Infermeria, yang dibangun tahun 1574, merupakan satu dari rumah sakit paling termasyhur selama masa Knights of Malta.

Benteng kota dibangun oleh para bangsawan berupa serangkaian bastion, ravelin, dan curtain, kira-kira 100 meter tingginya, dirancang untuk melindungi kota Valletta dari serangan musuh.

Valletta memang sering digambarkan sebagai sebuah kota yang dibangun oleh “para tuan untuk tuan”; Valletta adalah surga arsitektur kaum bangsawan. Kota ini kerap dibandingkan dengan Venice yang penuh dengan istana-istana Palladian yang indah.

Dari sisi perencanaan kota, Valletta tidak mengalami perubahan yang penting sejak tahun 1798. Kepadatan bangunan abad ke-16 sampai ke-18 masih tampak mengagumkan dengan jalinan struktur perkotaan masih memiliki kualitas yang sangat indah.

Bangunan arsitektur minor juga tidak mengalami perubahan yang substansial. Meskipun selama abad ke-19 dan ke-20, pengaruh arsitektur Inggris menggabungkan diri hingga sedikit menciptakan bentuk baru namun tetap autentik.

Valletta digadangkan sebagai kota yang unggul dalam hal pemeliharaan warisan arsitektur tua. Kota ini adalah contoh terbaik untuk konservasi bangunan sejarah-budaya skala dunia.