etnografi

Dani

Papua, alam dan tradisinya berlimpah. Pulau ini dihuni ratusan suku dan kebudayaan. Suku Dani adalah salah satu tuan rumah yang telah banyak dikenal. Mereka akan menyambut tamu yang datang dengan ramah.

PublishedAugust 18, 2019

byDgraft Outline

Papua Baliem
Image by Philomène Martinelli / Globe-Trotting.com

Suku Dani menempati Lembah Baliem di Kabupaten Jaya Wijaya dan sebagian wilayah Kabupaten Puncak Jaya. Wilayahnya subur dengan hutan hujan tropis yang lebat.

Orang Dani menyebut bahwa Nenek Moyang mereka berasal dari daerah Yali, wilayah yang sekarang dikenal dengan nama Yalimo dan Yahokimo.

Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Dani. Bahasa ini memiliki tiga sub rumpun bahasa, yaitu bahasa Wano di Bokondini, bahasa Dani Pusat yang terdiri atas logat Dani Barat dan logat lembah Besar Dugawa dan Sub keluarga Nggalik dan ndash.

Dalam tatanan sosial, suku Dani dipimpin oleh seorang yang dipanggil dengan Ap Kain. Ap Kain dibantu oleh kepala suku di bawah kedudukannya yaitu Ap Menteg, Ap Horeg dan Ap Ubaik.

Stratifikasi sosial Suku Dani sangat kental berdasarkan usia dan jabatan. Mereka yang berusia lanjut dinilai memiliki pengalaman yang banyak dan sangat dihormati. Pimpinan mereka pun dipilih berdasarkan syarat itu.

Waira dan Wara Mitologi Dani ; Menurut Mitologi, Suku Dani berasal dari dua orang saudara bernama Waira dan Wara. Selanjutnya, keturunan Wara harus mencari pasangan dari keturunan Waira. Dengan demikian mereka menikah secara eksogami.

Table of contents

Open Table of contents

Budaya dan Identitas Suku Dani

Religi, Tradisi, Ritual dan Kehidupan

Kepercayaan dan Religi Suku Dani

Kepercayaan Suku Dani dinamakan Atou. Atou adalah sistem kepercayaan yang mendasarkan penghormatan dan pemujaan terhadap roh nenek moyang sebagai pengakuan atas kekuatan sakti mereka.

Atou diyakini mempunyai kekuatan untuk menolak bahaya, penyakit, menyuburkan tanah, hingga memberi kekuatan dan menjaga. Kekuatan Atou mereka lambangkan dengan ye atau kaneke (kapak Lonjong)

Kaneke itu disimpan di khakok (peti kecil) di rumah laki-laki ( honae / honai )  dan tidak boleh dilihat perempuan. Kaneke pun hanya dikeluarkan saat upacara penting. Kesaktian Atou juga hanya diturunkan kepada laki-laki (patrilineal).

Suku Dani juga sangat menghormati Mo (Matahari), tetapi tidak ada tradisi atau upacara khusus atau menyembah Mo. Penghargaan terhadap Mo hadir dalam bentuk cerita atau mitos sebagai pencipta.

Sistem Kekerabatan Suku Dani

Suku Dani berkerabat dengan pola patrilineal, yaitu memperhitungkan garis keturunan pihak ayah sampai tujuh generasi. Mereka yang masih kerabat dan satu keturunan disebut uku, tinggal dalam wilayah pemukiman ( uma ) secara berkelompok. Penggabungan dua uku disebut Ebe ; Ebe Wara dan Ebe Waira.

Suku Dani menikah secara eksogami. Mereka harus menikah dengan luar ebe -nya. Meskipun demikian, proses pencarian jodoh tidak rumit dan perkawinan poligini/poligami banyak dilakukan oleh pihak laki-laki.

Saudara pria sekandung umumnya tinggal dalam satu rumah. Pasangan yang baru menikah akan membawa istrinya untuk tinggal di rumah suami ( Virilokal ).

Rumah Suku Dani; Honai dan Ebeai

Rumah mereka disebut Honai ( Honae ). Secara morfologis, honai dibentuk dari dua kata. “Hun” yang berarti pria dewasa dan “Ai” yang berarti rumah. Honai berarti rumah laki-laki dewasa. Untuk kaum wanita, rumah mereka disebut “Ebeai”.

Honai berbentuk bulat, terbuat dari dinding kayu dengan atapnya dari rumput dan alang-alang. Rumah tersebut berkolong pendek dan hanya ditinggali oleh laki-laki. Anak-anak dan perempuan tinggal di Ebeai.

Ukuran honai biasanya 5 meter sampai 7 meter. Rumah yang dihuni oleh kaum wanita bahkan bisa lebih pendek.

Upacara dan Pesta Suku Dani

Upacara Suku Dani banyak berhubungan dengan lingkaran kehidupan, yaitu kelahiran, perkawinan, kematian, keselamatan dan upacara menjelang masa panen. Ebe Ako (Pesta Babi) adalah upacara keselamatan yang sangat meriah. Lebih dari 100 babi ditambah ubi dan Keladi yang melimpah.

Upacara lainnya yang diselenggarakan secara megah adalah upacara kematian. Orang yang telah meninggal akan didudukkan pada sebuah kursi dan didandani.

Mereka yang melayat akan melumuri anggota badan dengan lumpur putih sebagai tanda berkabung. Duka bagi keluarga yang meninggal sangat mendalam hingga mereka memotong ruas jari jemari.

Anak-anak suku pada umur tujuh tahun mengadakan upacara waya hagat abin, upacara yang dahulu merupakan ritual untuk menumbuhkan semangat berperang. setelah upacara ini, anak laki-laki tersebut harus tinggal di Honai.

Anak perempuan tidak di berikan ritual waya hagat abin, tetapi jika mereka sudah menstruasi akan digelar upacara hotale.

Babi dalam kehidupan Suku Dani ; Babi merupakan binatang yang sangat dominan diternakan oleh Suku di Papua ini. Babi juga banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sosial dan ritual. Dari mulai upacara, alat tukar, dan simbol perdamaian.

Mata Pencaharian Suku Dani

Mata pencaharian utama suku Dani adalah bercocok tanam. Selain bertani mereka juga beternak babi. Jenis tanaman yang banyak ditanam adalah ubi kayu dan keladi.

Kebun mereka umumnya terletak di dekat rumah, Kebun di daerah datar merupakan kebun permanen, sedangkan di lereng-lereng curam, lahan ditanami secara tidak tetap.

Lahan pertanian biasanya dimiliki oleh beberapa kelompok yang memiliki hubungan kekerabatan. Batas alam seperti sungai, lembah, gunung dan bukit, menjadi batas kepemilikan lahan antar kelompok.

Luas lahan yang dapat digarap seseorang akan diputuskan berdasarkan kesepakatan dan musyawarah. Jika ada pihak luar kelompok yang ingin menggarap lahan, ditetapkan harga sewa yang biasanya beberapa ekor babi.

Pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan disesuaikan dengan berat ringan-nya pekerjaan. Menebang pohon, mencangkul, dan membuat saluran air adalah pekerjaan laki-laki. Tugas perempuan biasanya adalah membersihkan sisa pembakaran di ladang, menanam, memelihara, dan beternak.